Sabtu, 25 Juni 2011
00.23 a.m
peluh dosa yang menggerayangi diriku... syaitan dengan senang hati menari diatas lemahnya imanku...
kau tahu Py?
Kemarin adalah hari yang sangat indah, namun juga sangat sulit untukku...
Aku marah! Iya.
Aku kecewa! Iya!
Aku sedih! Iya!
Kenapa? Kenapa begitu teganya orangtuaku melarangku menggunakan jilbab.
Uh, oke, mungkin kau belum mengerti. Akan kuceritakan kronologisnya:
Hari itu, jumat 24 Juni 2011, 09.00 a.m., aku sudah siap untuk menghadiri acara kakakku, Amanda Anandita. Yaitu Ucap Janji (dia adalah calon dokter muda, boleh dibilang, sekarang wisudanya)
Aku memakai : baju abaya hijau selutut, celana panjang hitam, dan jilbab hijau cerah sesiku.
Saat aku keluar...
Teh tika: ”ih apaan sih lu dar, malu-maluin banget! Kaya anak kampung!”
Disitu barometer PeDeku turun. Tapi aku sangat nyaman memakai baju yang telah kupilih. ”ah masa sih? Biasa aja ah!”
Ibu: ”Kamu ngapain jilbab panjang2.. emangnya mau kesekolah? Baju yang kemaren mana? Yang samaan sama teh Tika, udah, pake yang itu aja..”
Maksud ibuku adalah baju bermodel baju tradisional korea. Namun diatasnya dibedakan, yaitu kerah berbentuk V (yang rendah.. astaga) dengan renda era-80an, lengan ¾ model lonceng.
Di sekitar pinggang berbahan karet, dengan bawahan rok batik.
(semua itu satu stel. Gaun ’wannabe’)
Tentu saja aku bingung. Gimana make jilbabnya?
Aku: ”bu, trus make jilbabnya gimana?”
Ibu: ”yaudah gausah make.”
Ibuku menjawab dengan entengnya. Hatiku tentu aja protes berat.
Teh tika: ”yaudah sih dar, gada yang kenal sama lu ini disana”
Kenal gak kenal, tetep aja wajib make jilbab... gerutuku.
Ayah datang,
”lho kenapa gak make yang sama kaya teh tika? Bagusan yang itu...”
Ayah ikutan!
Ka manda: ”dar buruan deh, gue udah telat nih,”
Disitu hatiku mengalami badai. Aku mau tentu saja langsung berangkat, aku gamau kakakku telat di hari bersejarahnya. Tapi oow.. mengapa anggota keluarga menolak aku mengenakan pakaian ini? Sebegitu ’kampung’nya kah aku??
Belum sempat aku menemukan pencerahan, aku sudah ditarik ka manda kedalam rumah. Yasudah akhirnya aku memakai baju itu.. tapi dengan dalaman manset (baju) hitam. Bodo amat jelek atau engga. Yang jelas aku gasuka badanku ditonton orang!
Teh tika: ”kampungan lu, jelek banget! Ngapain make manset sih?”
Aku cuek aja. Dan dia gak sempat mengkritik gaya penampilanku, karna kami sudah keburu masuk mobil.
***
Hari terpanjang buatku. Sepanjang perjalanan sampai pulang, hatiku, batinku, menggeliat tak senang. Gelisah. Galau. Aku berdzikir sepanjang perjalanan.. aku menunduk saat disana.. aku pulang dengan muka lelah dan sesal yang amat di pundakku.
Ya Allah.. akankah kau ampuni dosaku? Aku berani-beraninya mempertontonkan auratku didepan orang banyak. Terlepas mereka mengenalku atau tidak. Aku telah membiarkan rambutku terlihat orang-orang yang bukan mukhrimku.
Ya Allah.. aku sungguh malu, aku sungguh kesal pada diriku. Kenapa tidak bisa aku menolak? Aku tidak memiliki pendirian yang kuat... imanku sangat lemah.. ya Allah.. ampuni aku.. ampuni aku atas khilafku Ya Allah...
Aku sungguh-sungguh menyesal...
Aku menangis, aku meraung dihadapanMu.. Tuhanku, ampunilah aku, jangan kau biarkan aku mengulangi dosa ini lagi ya Allah....
Subhanallah dara........... yang sabar ya. aku yakin kamu mampu, ini cobaan yang sungguh berat. tapi Allah tak akan menguji di luar kemampuan mu.... Lebih istiqomah ya ukhti, aku yakin KAMU PASTI BISA :)
ReplyDeleteSemangat yaa daraaa..
ReplyDeleteKeep istiqomah ukhti :)