Pages

Sunday, March 27, 2011

WANITA HAID BERDIAM DI MASJID

Posted by Farid Ma'ruf pada 13 Januari 2007

Publikasi 11/04/2004
hayatulislam.net – Soal: Apakah kalau wanita haid sudah pakai pembalut, boleh berdiam di masjid? Lalu apa batasan masjid? Apakah teras masjid termasuk masjid?

Jawab: 1. Hukum Wanita Haid Berdiam di Masjid

Jumhur ulama, di antaranya imam madzhab yang empat, sepakat bahwa wanita yang haid tidak boleh berdiam (al-lubts) di dalam masjid, karena ada hadits Nabi Saw yang mengharamkannya.*1) Imam Dawud Azh-Zhahiri membolehkan wanita haid dan orang junub berdiam di masjid.*2) Namun pendapat yang kuat adalah pendapat jumhur yang mengharamkannya. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Saw:

“Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang haid dan orang junub.” [HR. Abu Dawud].*3)

Yang dimaksud berdiam (Arab: al-lubtsu, atau al-muktsu) artinya berdiam atau tinggal di masjid, misalnya duduk untuk mengisi atau mendengarkan pengajian, atau tidur di dalam masjid. Tidak ada bedanya apakah duduk atau berdiri. Berjalan mondar-mandir (at-taraddud) di dalam masjid, juga tidak dibolehkan bagi wanita haid.

Adapun jika seorang wanita haid sekedar lewat atau melintas (al-murur) di dalam masjid karena suatu keperluan, maka itu tidak apa-apa. Dengan catatan wanita itu tidak merasa khawatir akan mengotori masjid.*5) Dalilnya, Nabi Saw pernah memerintah ‘A`isyah untuk membawa khumrah (semacam sajadah) yang ada di masjid. Lalu ‘A`isyah berkata, “Sesungguhnya aku sedang haid.” Rasul bersabda, “Sesungguhnya haidhmu itu bukan berada di tanganmu.” [HR. Muslim].*6) Selain itu, ada riwayat lain bahwa Maimunah RA pernah berkata, “Salah seorang dari kami pernah membawa sajadah ke masjid lalu membentangkannya, padahal dia sedang haidh.” [HR. An-Nasa`i].*7)

Berdasarkan penjelasan di atas, sesungguhnya hukum syara’ dalam masalah ini telah jelas, yaitu wanita haid haram hukumnya berdiam di masjid. Adapun jika sekedar lewat atau melintas, hukumnya boleh dengan syarat tidak ada kekhawatiran akan mengotori masjid.

Sebagian ulama memang ada yang membolehkan wanita haid berdiam di masjid asalkan ia merasa aman (tidak khawatir) akan dapat mengotori masjid, misalnya dengan memakai pembalut.8*) Dalam Syarah Al-Bajuri Juz I hal. 115 dikatakan, bahwa kalau wanita haid tidak khawatir akan mengotori masjid, atau bahkan merasa aman, maka pada saat itu tidak diharamkan baginya masuk masjid, tetapi hanya makruh saja.*9)

Menurut pemahaman kami, pendapat itu tidak dapat diterima. Sebab pendapat tersebut tidak mempunyai landasan syar’i yang kuat. Pendapat tersebut menjadikan “kekhawatiran mengotori masjid”, sebagai illat (alasan penetapan hukum) bagi haramnya wanita berdiam di masjid. Jadi, jika kekhawatiran itu sudah lenyap (dengan memakai pembalut), maka hukumnya tidak haram lagi. Padahal, hadits yang ada tidak menunjukkan adanya illat bagi haramnya wanita haid untuk berdiam di masjid. Jadi tidak dapat dikatakan bahwa keharamannya dikarenakan ada kekhawatiran akan menajiskan masjid. Sehingga jika kekhawatiran itu lenyap (dengan memakai pembalut) maka hukumnya tidak haram. Tidak bisa dikatakan demikian, karena nash yang ada tidak menunjukkan adanya illat itu. Nabi Saw hanya mengatakan, “Sesungguhnya aku tidak menghalalkan masjid bagi wanita yang haid dan orang junub.” Nash ini jelas tidak menunjukkan adanya illat apa pun, baik illat secara sharahah (jelas), dalalah (penunjukan), istinbath, atau qiyas.

Lagi pula nash tersebut bersifat mutlak, bukan muqayyad. Jadi yang diharamkan berdiam di masjid adalah wanita haid, secara mutlak. Baik wanita haid itu akan dapat mengotori masjid, atau tidak akan mengotori masjid. Memakai pembalut atau tidak memakai pembalut. Jadi, selama tidak ada dalil yang memberikan taqyid (batasan atau sifat tertentu) —misalnya yang diharamkan hanya wanita haid yang dapat mengotori masjid— maka dalil hadits tersebut tetap berlaku untuk setiap wanita haid secara mutlak. Hal ini sesuai kaidah ushul fiqh:

Al-muthlaqu yajriy ‘ala ithlaaqihi maa lam yarid daliil at-taqyiid

“(Lafazh) mutlak tetap berlaku dalam kemutlakannya selama tidak ada dalil yang menunjukkan adanya taqyid (pemberian batasan/sifat tertentu).”*10)

Hukum Wanita Muslimah Menampakkan Auratnya di Depan Wanita Kafir


Posted by Farid Ma'ruf pada 18 November 2008

Pada dasarnya para ulama berbeda pendapat mengenai kebolehan wanita Muslimah menampakkan auratnya di depan wanita-wanita kafir. Jumhur ulama berpendapat, seorang wanita Muslimah dilarang terlihat auratnya di depan wanita-wanita kafir. Sedangkan ulama lain berpendapat, sebaliknya, yakni bolehnya seorang wanita Muslimah terlihat auratnya di depan wanita kafir.[1]

Perbedaan pendapat di antara mereka disebabkan karena perbedaan pendapat dalam menafsirkan frase ”nisaa`ihinna” pada surat An Nuur (24) ayat 31. Sebagian ulama mengkhususkan wanita pada konteks ayat tersebut pada wanita-wanita Mukminat saja, atau wanita-wanita yang memiliki hubungan shuhbah (pertemanan yang akrab) dan wanita-wanita yang menjadi budak atau pembantunya. Sedangkan ulama lain mengartikan frase ”nisaa`ihinna” pada ayat itu secara mutlak, sehingga berlaku untuk semua wanita, baik Mukminat maupun kaafirah (wanita kafir), tanpa ada pengkhususan.

Imam Ar Raziy di dalam Tafsirnya menyatakan; juz 11, 307


قوله تعالى : { أَوْ نِسَائِهِنَّ } وفيه قولان : أحدهما : المراد والنساء اللاتي هن على دينهن ، وهذا قول أكثر السلف . قال ابن عباس رضي الله عنهما : ليس للمسلمة أن تتجرد بين نساء أهل الذمة ولا تبدي للكافرة إلا ما تبدي للأجانب إلا أن تكون أمة لها لقوله تعالى : { أَوْ مَا مَلَكَتْ أيمانهن } وكتب عمر إلى أبي عبيدة أن يمنع نساء أهل الكتاب من دخول الحمام مع المؤمنات وثانيهما : المراد بنسائهن جميع النساء ، وهذا هو المذهب وقول السلف محمول على الاستحباب والأولى

”Adapun firman Allah swt ”au nisaa`ihinna”, ada dua penafsiran terhadap frase ini; pertama : yang dimaksud wanita-wanita di sini yang seagama. Ini adalah pendapat mayoritas ulama salaf. Ibnu ‘Abbas ra berkata, “Seorang wanita Muslimah tidak boleh menyendiri di antara ahlu dzimmah, dan ia tidak boleh menampakkan auratnya di hadapan wanita kafir, sebagaimana ia tidak boleh menampakkannya di hadapan laki-laki asing, kecuali wanita kafir itu adalah budak miliknya; berdasarkan firman Allah swt, ”au maa malakat aimaanihinna” [kecuali kepada budak-budak yang mereka miliki]. Dan Umar pernah mengirim surat kepada Abu ’Ubaidah ra untuk melarang wanita-wanita ahlul Kitab masuk ke pemandian umum bersama dengan wanita-wanita Mukminat. Kedua, yang dimaksud dengen wanita-wanita di sini adalah semua wanita. Ini adalah pendapat yang terpilih dan pendapat ulama salaf harus dibawa kepada ”sesuatu yang dipandang baik”.[Imam Abu Abdullah Mohammad bin ’Umar bin al-Hasan bin Husain al-Taimiy al-Raaziy (Imam Fakhrud Diin Ar Raaziy), Mafaatiih al-Ghaib, juz 11, hal. 307]

Imam An Nasafiy dalam Tafsir An Nasafiy menyatakan;


{ أَوْ نِسَائِهِنَّ } أي الحرائر لأن مطلق هذا اللفظ يتناول الحرائر

“[Au Nisaa`ihinna], yakni al-haraair (wanita-wanita merdeka), disebabkan kemutlakan lafadz ini mencakup wanita-wanita merdeka”.[Imam An Nasaafiy, Tafsir An Nasafiy, juz 2, hal. 411]

Imam Asy Syaukaniy di dalam Kitab Fath al-Qadir menyatakan;


ومعنى { أَوْ نِسَائِهِنَّ } هنّ : المختصات بهنّ الملابسات لهنّ بالخدمة ، أو الصحبة ، ويدخل في ذلك الإماء ، ويخرج من ذلك نساء الكفار من أهل الذمة ، وغيرهم ، فلا يحل لهنّ أن يبدين زينتهنّ لهنّ لأنهن لا يتحرّجن عن وصفهنّ للرجال . وفي هذه المسألة خلاف بين أهل العلم ، وإضافة النساء إليهن تدل على اختصاص ذلك بالمؤمنات

“Makna dari frase (au nisaa`ihinna) : adalah khusus bagi wanita-wanita yang memiliki pergaulan erat dengan wanita tersebut karena hubungan al-khidmah (perbantuan: menjadi pembantu wanita itu) atau shuhbah (pershahabatan); masuk ke dalam pengertian frase ini adalah al-imaa’ (budak wanita-wanita). Dan dan keluar dari makna frase ini, wanita-wanita kafir dari golongan ahlu dzimmah, dan wanita-wanita kafir lainnya. Tidak halal bagi wanita Muslimah menampakkan perhiasannya kepada mereka (wanita-wanita kafir), supaya wanita-wanita kafir itu tidak menceritakan aurat wanita Muslimah kepada kaum laki-laki. Dalam masalah ini terdapat perbedaan pendapat di kalangan ahli ilmu. Namun, penisbahan (peng-idlafahan) kepada ilaihinna menunjukkan bahwa hal itu khusus untuk wanita-wanita Mukminat”.[Imam Asy Syaukaniy, Fath al-Qadiir, juz 5, hal. 209]

Imam Al Baghawiy di dalam Tafsir al-Baghawiy menyatakan;


قوله تعالى: { أَوْ نِسَائِهِنَّ } أراد أنه يجوز للمرأة أن تنظر إلى بدن المرأة إلا ما بين السرة والركبة كالرجل المحرم، هذا إذا كانت المرأة مسلمة، فإن كانت كافرة فهل يجوز للمسلمة أن تنكشف لها؟ اختلف أهل العلم فيه، فقال بعضهم: يجوز كما يجوز أن تنكشف للمرأة المسلمة لأنها من جملة النساء، وقال بعضهم: لا يجوز لأن الله تعالى قال: “أو نسائهن” والكافرة ليست من نسائنا ولأنها أجنبية في الدين، فكانت أبعد من الرجل الأجنبي. كتب عمر بن الخطاب إلى أبي عبيدة بن الجراح أن يمنع نساء أهل الكتاب أن يدخلن الحمام مع المسلمات

”Firman Allah swt [au nisaa`ihinna], maksudnya, sesungguhnya Allah membolehkan seorang wanita melihat badan wanita lain, selain antara pusat dan lutut, sebagaimana laki-laki yang menjadi mahram. Ketentuan ini berlaku jika wanita tersebut Muslimah. Namun jika wanita itu adalah wanita kafir, bolehkah seorang wanita Muslimah menampakkan auratnya di hadapan mereka (wanita kafir)? Ahli ilmu berselisih pendapat dalam masalah ini. Sebagian mereka berpendapat, boleh sebagaima bolehnya wanita Muslimah menampakkan auratnya di hadapan wanita Muslimah lainnya. Sebab, wanita kafir termasuk wanita (nisaa`ihinna). Sebagian yang lain berpendapat tidak boleh. Sebab, Allah swt berfirman, ”Nisaa`ihinna”, sedangkan wanita kafir bukan termasuk wanita-wanita kami; dan selain itu mereka berbeda agama. Oleh karena itu, wanita kafir justru lebih jauh dibandingkan laki-laki asing. Umar bin Khaththab ra pernah berkirim surat kepada Abu ’Ubaidah bin Jarah untuk melarang wanita-wanita Ahlul Kitab masuk ke dalam pemandian umum bersama wanita-wanita Muslimah”.[Imam Al Baghawiy, Tafsir al-Baghawiy, juz 6, hal. 35]

Imam Ibnu Katsir di dalam Tafsir Ibnu Katsir menyatakan;


وقوله: { أَوْ نِسَائِهِنَّ } يعني: تُظهر زينتها أيضًا للنساء المسلمات دون نساء أهل الذمة؛ لئلا تصفهن لرجالهن، وذلك -وإن كان محذورًا في جميع النساء -إلا أنه في نساء أهل الذمة أشدّ، فإنهن لا يمنعهن من ذلك مانع، وأما المسلمة فإنها تعلم أن ذلك حرام فتنزجر عنه. وقد قال رسول الله صلى الله عليه وسلم: “لا تباشر المرأةَ المرأةَ، تنعتها لزوجها كأنه ينظر إليها”. أخرجاه في الصحيحين، عن ابن مسعود.

“Firman Allah swt [au nisaa`ihinna], maksudnya adalah, seorang wanita Muslimah juga diperbolehkan menampakkan perhiasaannya (auratnya) kepada wanita-wanita Muslimah, namun tidak boleh kepada ahlu dzimmah (wanita-wanita kafir ahlu dzimmah); agar wanita-wanita kafir itu tidak menceritakan aurat wanita-wanita Muslimah kepada suami-suami mereka. Walaupun hal ini mesti dihindari (mahdzuuran) pada semua wanita, akan tetapi kepada wanita ahlu dzimmah lebih ditekankan lagi. Sesungguhnya tidak ada larangan mengenai masalah ini (menceritakan aurat wanita lain) bagi wanita ahlu dzimmah. Adapun untuk wanita Muslimah, sesungguhnya, ia memahami bahwa hal ini (menceritakan aurat wanita lain kepada suaminya) adalah haram. Oleh karena itu, hendaknya ia menjaga diri dari hal tersebut. Rasulullah saw bersabda, ”Janganlah seorang wanita menampakkan auratnya di hadapan wanita lain, yang kemudian ia menceritakannya kepada suaminya, sehingga seakan-akan suaminya melihat aurat wanita itu”.[HR. Bukhari dan Muslim dari Ibnu Mas’uud]..”[Imam Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, juz 6, hal. 48]. Selanjutnya Imam Ibnu Katsir mengetengahkan beberapa riwayat yang menyatakan bahwa Umar bin Khaththab ra pernah berkirim surat kepada Abu ’Ubaidah ra melarang wanita-wanita kafir masuk ke pemandian-pemandian umum bersama wanita Muslimah. Mujahid, dan Ibnu ’Abbas juga melarang wanita Muslimah menampakkan auratnya di hadapan wanita-wanita kafir. [Ibidem, juz 6, hal. 48]

Prof. Mohammad Ali As Saayis di dalam Kitab Tafsiir Ayaat al-Ahkaam menyatakan, “Wanita Muslimah diperbolehkan menampakkan sebagian perhiasannya kepada wanita kafir, sebagaimana ia diperbolehkan menampakkannya di hadapan wanita Muslimah. Ini adalah salah satu pendapat dari dua pendapat dari kalangan Hanafiyyah dan Syafiyyah. Imam Ghazaliy membenarkan pendapat ini dari ulama Syafi’iyyah dan Imam Abu Bakar Ibnu al-’Arabiy. Sedangkan ulama-ulama lain berpendapat bahwa yang dimaksud dengan ”nisaa`ihinna”, adalah khusus untuk wanita-wanita Mukminat. Oleh karena ”idlafah” ditujukan untuk mengkhususkan; maksudnya khusus untuk wanita-wanita yang memiliki hubungan shuhbah (pershahabatan) dan ikhwah (persaudaraan) dalam agama. Dengan demikian, wanita Muslimah tidak boleh menampakkan sebagian perhiasannya yang tertutup kepada wanita kafir. Pendapat ini disandarkan kepada mayoritas ulama Syafi’iyyah. Abu Sa’ud berkata dari ulama Hanafiyyah, bahwa ia menshahihkan (membenarkan) dua pendapat ini di dalam madzhabnya…”[Prof Mohammad Ali al-Saayis, Tafsiir Ayaat al-Ahkaam, hal. 164]

Demikianlah, para ulama telah berbeda pendapat mengenai hukum seorang wanita Muslimah menampakkan auratnya di hadapan wanita kafir. Lalu, pendapat mana yang rajih.


Pendapat Yang Rajih

Pendapat yang rajih dalam masalah ini adalah pendapat yang dinyatakan oleh Imam Ibnu al-’Arabiy, Imam Al-Ghazali, menyatakan bahwa seorang wanita Muslimah diperkenankan memperlihatkan atau terlihat auratnya di hadapan wanita kafir.

Pasalnya, dlamir (kata ganti) pada ayat ini berfungsi sebagai lil ittibaa’ (untuk mengikuti) dan menggantikan kedudukan al-niswah atau al-nisaa’ (wanita). Syaikhul Mufassiriin, Imam Ibnu Al ’Arabiy menyatakan bahwa pada ayat di atas (surat An Nuur : 31) memiliki lebih dari 25 dlamir (kata ganti) yang di dalam al-Quran tidak diketahui apakah ia punya kesamaan. Oleh karena itu, dlamir ini disebut kembali untuk tujuan ”ittibaa’”.

Selain itu, idlaafah pada frase ”nisaa`ihinna” bukan ditujukan kepada penyeru maknawiy (daa’ ma’nawiy), akan tetapi ditujukan untuk penyeru lafdziy (daa’ lafdziy) untuk menjamin kefasihannya. Kasus ini sama dengan dua dlamir (dua kata ganti) yang di-idlafah-kan kepada dua dlamirnya; seperti firman Allah swt, ”


فَأَلْهَمَهَا فُجُورَهَا وَتَقْوَاهَا

” maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan dan ketakwaannya”. (TQS Asy Syams (91): 8). Maksud ayat ini adalah; “alhamahaa al-fujuur wa al-taqway” (Allah mengilhamkan kefasikan dan dosa”). Atas dasar itu peng-idlafah-an keduanya kepada dua dlamir untuk mengikuti (ittibaa’) dlamir-dlamir yang terdapat di awal surat tersebut, yakni ”wasy syamsi wa dluhahaa”. (TQS Asy Syams (91):1). Kasus lain yang sama, terdapat dalam firman Allah swt;


كَذَّبَتْ ثَمُودُ بِطَغْوَاهَا

”(Kaum) Tsamud telah mendustakan (rasulnya) karena mereka melampaui batas”.[TQS Asy Syams (91): 11]. Maksud frase ”bithaghwaahaa” pada ayat ini adalah, ”bi al-thughway” atau ”al-thughyaani”. Oleh karena itu, penyebutan dlamiir Tsamuud tidaklah perlu, akan tetapi, ia tetap disebutkan ”li muhsin al-muzaawijah” (memperbagus pasangannya).

Adapun riwayat-riwayat yang diketengahkan para fuqaha seperti riwayat-riwayat berikut ini;


عن ابن عباس: { أَوْ نِسَائِهِنَّ } ، قال: هن المسلمات لا تبديه ليهودية ولا نصرانية، وهو النَّحْر والقُرْط والوٍشَاح، وما لا يحل أن يراه إلا محرم. وأخرج سعيد بن منصور ، وابن المنذر ، والبيهقي في سننه

“Dari Ibnu ‘Abbas ra : [au nisaa`ihinna], ia berkata, “Dia adalah wanita-wanita Muslimaat yang tidak boleh menampakkan auratnya kepada wanita-wanita Yahudi dan Nashraniy, yakni leher, anting-anting, dan, selempang, dan bagian-bagian yang tidak boleh dilihat kecuali mahramnya saja”.[HR. Sa’id bin Manshuur, Ibnu Mundzir, dan Imam Baihaqiy di dalam Sunannya]


وروى سعيد: حدثنا جرير، عن ليث، عن مجاهد قال: لا تضع المسلمة خمارها عند مشركة؛ لأن الله تعالى يقول: { أَوْ نِسَائِهِنَّ } فليست من نسائهن.

“Sa’id meriwayatkan, “Jarir telah meriwayatkan kepada kami, dari Laits, dari Mujahid, bahwasanya ia berkata, “Janganlah seorang wanita Muslimah melepaskan kerudungnya di depan wanita musyrik. Sebab, Allah swt berfirman, “au nisaa`ihinna”, dan wanita musyrik bukanlah termasuk “nisaa`ihinna”.


وعن مكحول وعبادة بن نُسَيّ: أنهما كرها أن تقبل النصرانيةُ واليهودية والمجوسية المسلمة.

“Dari Makhuul dan ‘Ubadah bin Nusayyi dituturkan bahwasanya keduanya membenci jika seorang wanita Nashraniy, Yahudi, atau Majusiy mencium wanita muslimah”.


عن عمر بن الخطاب : أنه كتب إلى أبي عبيدة : أما بعد ، فإنه بلغني أن نساء من نساء المسلمين يدخلن الحمامات مع نساء أهل الشرك ، فانه من قبلك عن ذلك ، فإنه لا يحلّ لامرأة تؤمن بالله واليوم الآخر أن ينظر إلى عورتها إلاّ أهل ملتها . وأخرج ابن أبي شيبة ، وابن المنذر

”Dari Umar bin Khaththab ra dituturkan bahwasanya ia pernah mengirim surat kepada Abu ’Ubaidah ra, ”Amma ba’du. Sesungguhnya, telah sampai kabar kepadaku, bahwasanya ada sebagian wanita Muslim masuk ke dalam pemandian-pemandian umum bersama dengan wanita musyrik, laranglah orang-orang yang ada di bawah tanggungjawabmu dari hal itu. Sesungguhnya, tidak halal bagi seorang wanita yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk dilihat auratnya, kecuali oleh wanita yang seagama”.[HR. Ibnu Abi Syaibah, dan Ibnu Mundzir]; sesungguhnya riwayat-riwayat semacam ini tidak absah digunakan sebagai hujjah. Pasalnya, semua riwayat di atas mauquf tidak marfu’. Padahal, berhujjah dengan hadits mauquf jelas-jelas tertolaknya.

Dengan demikian, pendapat rajih dalam masalah ini adalah pendapat yang dinyatakan oleh Imam Ibnu al-’Arabiy, dan ulama-ulama lain yang sejalan dengan pendapatnya.


Batasan Aurat Yang Boleh Dilihat

Pada dasarnya, surat An Nuur (24): 31 tidak memberikan batasan yang tegas mana aurat wanita yang boleh terlihat di hadapan wanita-wanita kafir. Hanya saja, seorang wanita Muslimah mesti menjaga kehormatan dirinya dengan tidak membuka aurat yang tabu (semacam payudara, kemaluan, paha, dan lain sebagainya) di hadapan wanita-wanita kafir. Hendaknya ia mengenakan pakaian yang sopan, dan tidak merendahkan dirinya.

Jika seorang wanita berada di kehidupan umum, maka ia wajib menutup auratnya, dan mengenakan jilbab dan kerudung (khimar). Pasalnya, syariat telah mewajibkan wanita Muslim menutup aurat dan mengenakan pakaian Islamiy (jilbab dan kerudung) di kehidupan umum; tanpa memandang lagi dengan siapa ia berinteraksi. Ketentuan ini didasarkan firman Allah swt;



وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ

“Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya..” (TQS. al-Nuur:31)

Ayat ini berisi perintah dari Allah swt agar wanita mengenakan khimar (kerudung), yang bisa menutup kepala, leher, dan dada.

Imam Ibnu Mandzur di dalam kitab Lisaan al-’Arab menuturkan; al-khimaar li al-mar`ah : al-nashiif (khimar bagi perempuan adalah al-nashiif (penutup kepala). Ada pula yang menyatakan; khimaar adalah kain penutup yang digunakan wanita untuk menutup kepalanya. Bentuk pluralnya adalah akhmirah, khumr atau khumur. [2]

Sedangkan perintah mengenakan jilbab disebutkan dengan sharih di dalam firman Allah swt;


يَاأَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ذَلِكَ أَدْنَى أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mu’min: “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha pengampun lagi Maha penyayang”. (TQS. al-Ahzab:59)

Ayat ini merupakan perintah yang sangat jelas kepada wanita-wanita Mukminat untuk mengenakan jilbab. Adapun yang dimaksud dengan jilbab adalah milhafah (baju kurung) dan mula’ah (kain panjang yang tidak berjahit). Di dalam kamus al-Muhith dinyatakan, bahwa jilbab itu seperti sirdaab (terowongan) atau sinmaar (lorong), yakni baju atau pakaian longgar bagi wanita selain baju kurung atau kain apa saja yang dapat menutup pakaian kesehariannya seperti halnya baju kurung.”[Kamus al-Muhith]. Sedangkan dalam kamus al-Shahhah, al-Jauhari mengatakan, “jilbab adalah kain panjang dan longgar (milhafah) yang sering disebut dengan mula’ah (baju kurung).”[Kamus al-Shahhah, al-Jauhariy]

Selain harus mengenakan kerudung (khimar) dan jilbab, wanita Muslimah juga dilarang ”tabarruj” ketika berada di kehidupan umum. Tabarruj adalah bersolek yang berlebihan untuk memperlihatkan kecantikan dirinya. Allah swt telah melarang tabarruj. Allah swt berfirman;


وَالْقَوَاعِدُ مِنَ النِّسَاءِ اللَّاتِي لَا يَرْجُونَ نِكَاحًا فَلَيْسَ عَلَيْهِنَّ جُنَاحٌ أَنْ يَضَعْنَ ثِيَابَهُنَّ غَيْرَ مُتَبَرِّجَاتٍ بِزِينَةٍ

“Perempuan-perempuan tua yang telah berhenti haidl dan kehamilan yang tidak ingin menikah lagi, tidaklah dosa atas mereka menanggalkan pakaian mereka tanpa bermaksud menampakkan perhiasannya (tabarruj).” (TQS. al-Nuur: 60)

Jika wanita tua dilarang untuk tabarruj, lebih-lebih lagi wanita yang belum tua dan masih mempunyai keinginan untuk menikah.

Imam Ibnu Mandzur, dalam Lisaan al-’Arab menyatakan, “Wa al-tabarruj : idzhaar al-mar`ah ziinatahaa wa mahaasinahaa li al-rijaal (tabarruj adalah menampakkan perhiasan dan anggota tubuh untuk menaruh perhiasan kepada laki-laki non mahram.”[3]

Inilah batasan-batasan yang harus dipahami oleh wanita Muslimah ketika ia berada di kehidupan umum. Wallahu a’lam bish Shawab. [SR] 

Saturday, March 26, 2011

Ikhwan – Akhwat Bercanda, Bolehkah?

Posted by Farid Ma'ruf pada 3 Mei 2007 

BERCANDA DENGAN LAWAN JENIS


Canda (gurauan) dalam bahasa Arab disebut mizah atau mumazahah. Al-Jailany dalam Syarah Al-Adabul Mufrad, mendefinisikan canda adalah berbicara secara ramah dan menciptakan kegembiraan terhadap orang lain (Ath-Thahthawi, Senyum dan Tangis Rasulullah, hlm. 116). Hukumnya mubah menurut An-Nawawi (An-Nawawi, Al-Adzkar, hlm.279). Dalilnya, hadits dari Abu Hurairah RA, bahwa para shahabat bertanya,” Wahai Rasulullah, sesungguhnya Anda telah mencandai kami.” Rasulullah saw. menjawab “Sesungguhnya tidaklah aku berbicara, kecuali yang benar.” (HR Tirmidzi, al-Adzkar, hlm. 279).

Jadi, bercanda itu hukumnya mubah, asalkan sesuai syari’ah. Itu secara umum. Lalu bolehkah bercanda dengan lawan jenis yang bukan mahram? Jawabnya, boleh (mubah) sepanjang sesuai syariah. Dalilnya, karena Rasulullah pernah mencandai seorang gadis yatim di rumah Ummu Sulaim. Rasul berkata kepada gadis yatim itu, ”Engkau masih muda, tapi Allah tidak akan membuat keturunanmu nanti tetap muda. “ Ummu Sulaimah lalu berkata,”Hai Rasulullah, Engkau berdoa kepada Allah bagi anak yatimku, agar Allah tidak membuat keturunannya tetap muda. Demi Allah, ya memang dia tidak muda selama-lamanya.” (HR. Ibnu Hibban, dari Anas bin Malik RA) (Ath-Thahthawi, Senyum dan Tangis Rasulullah, hlm. 134; Nasy’at Al-Masri, Senyum-senyum Rasulullah, hlm. 65-66).

Jadi, bercanda dengan lawan jenis non-mahram, juga mubah berdasarkan dalil di atas. Baik itu di dunia nyata maupun di dunia maya seperti via e-mail, chatting, atau kirim-kiriman SMS. Tetapi, meski mubah secara syar’i, wajib diperhatikan beberapa rambu syariahnya. Di antaranya :

Pertama, materi canda :

1. Tidak mengolok-ngolok/mempermainkan ajaran Islam

2. Tidak menyakiti perasaan

3. Tidak mengandung kebohongan, ghibah (menggunjing), dan kecabulan

4. Tidak melampaui batas, yakni tidak membuat melalaikan kewajiban dan tidak menjerumuskan pada yang haram (‘Aadil bin Muhammad Al-‘Abdul ‘Aali, Pemuda dan canda, hlm. 38-44)

Kedua, pihak wanita tidak boleh genit, baik dalam perkataan tulisan, maupun dalam tingkah laku. (QS. Al-Ahzab:32).

Ketiga, wajib menutup aurat dan menjaga pandangan (ghadhdhul bashar) (QS. An-nur:31), dan tidak boleh berkhalwat (menyendiri berdua).

Keempat, jika dalam kehidupan umum (seperti kampus), wajib dipenuhi syaratnya : (1) dalam rangka melakukan aktivitas yang dibolehkan syariah (seperti belajar mengajar)è (misalnya : Bapak dosen yang mengajar di kelas sedikit melucu agar suasana cair/sebagai ice breaker – red. KI), dan (2) interaksi itu mengharuskan pertemuan (ijtima’) antara pria dan wanita. Jika tidak mengharuskan pertemuan – alias bisa dikerjakan masing-masing – maka tidak boleh ada interaksi, sehingga tidak boleh ada canda. Misalnya, aktivitas makan-makan di kantin, dll. Ini semua tidak boleh dilakukan secara bersama. (Taqiyuddin An-Nabhani, An-Nizham al-Ijtima’I fi al-islam, hal. 40). Wallahu a’lam. (www.konsultasi.wordpress.com)

Gue, Suka Sama.....


“Hei, Dimas!!!” dengan seenaknya Anita membuka pintu kamarku selebar-lebarnya, lalu duduk di sisi ranjang.
”Bangun Di, udah siang!!!” dan dengan (lagi) seenaknya, ia menarik selimut yang membungkus seluruh tubuhku. Spontan aku langsung menggulung badanku, karna hari masih dingin.
      Iih... nih bocah ngapain sih? Ganggu gue aja! Ini hari Minggu mbak.... ngapain juga gue bangun pagi-pagi? Makiku dalam hati.
”Apaan sih loe?” semburku, kembali menarik selimut, menutupi sampai kepala. ”Di, plis deh, jangan kayak anak kecil! Udah bangkot, masih aja susah bangun!” Anita kembali merebut selimut tercintaku. ”UDAH SIANG DIIII!!!!!” teriaknya, yang dahsyatnya mengalahkan suara petasan injek.
      Dengan dongkol, akupun bangun. ”Iiih, apaan sih mbak? Ganggu orang tidur tau gak? Jam berapa sih emang hah?” makiku. ”Jam setengah delapan tumor!(tukang molor).” Anita balas memaki.
      Haaa?? Jam setengah delapan? Hello..... masih pagi kaleee.....
      ”Mbak, jam setengah delapan tuh masih pagi! Lagian ya, ini kan hari Minggu. Waktunya orang-orang buat istirahat. Siangan dikit kenapa sih?” sungutku. Spontan Anita menggeplak kepalaku. Lantas aku merintih kesakitan. ”Siang pale loe? Walaupun libur tetep wajib bangun pagi. Lagian, loe lupa? Hari ini jadwalnya loe ajak jalan-jalan si Lecter, jangan pura-pura amnesia deh!!” Sembur Anita.
      Apaan? Oh God, kenapa gak loe aja sih?
”Buruan mandi, tau sendiri Lecter paling sebel kalo kesiangan jalannya. Dia bakalan ngambek sama loe seharian,” Anita bangkit dari tempat tidur, menuju pintu. ”Kenapa gak mbak aja sih? Kan udah dari tadi bangun,” keluhku. Anita berhenti di ambang pintu. ”Enak aja loe, hari ini kan jadwal loe! Lagian, gue sibuk, mau jalan sama cowo gue.....” Jawab Anita santai.
”Emang loe punya cowok apa?” ledekku. ”Eh, ngehina! Gini-gini, gue banyak yang naksir,” balas Anita. Aku mencibir.
      Sesaat kuperhatikan dandanannya, sudah rapi. Dasar! Lebih mentingin cowoknya daripada adenya sendiri! Hahaha, gak tau aja cowoknya kalo mbak tuh kayak gimana aslinya! Belagak manis, padahal galaknya naujubilah. Yakin cowoknya langsung kabur kalo tau mah!!!
      ”Makanya, hari ini giliran loe yang ngajak jalan Lecter, siapa lagi yang gak punya kegiatan apa-apa hari minggu,” Anita tertawa puas. Aku masem. ”Cari cewe dong, molor mulu sih, jadinya ngedatenya ama anjing deh.. hahahaha.....”Hina Anita., lalu keluar. Segera gue melempar bantal ke arahnya. ”Pergi loe! Gak usah balik lagi!!!” Umpatku. Sial! Gak kena timpukan gue!
      Arrgh,, kenapa coba gue mesti punya kakak yang super annoying kayak gitu?
Mau tak mau, gue bangkit, menuju kamar mandi.

***

      Si Lecter udah bete aja tampangnya, soalnya gue kesiangan. Makanya, dia bales dendam. Pas talinya udah gue pasang, dia langsung lari. Akibatnya, gua tersaruk-saruk ngikutin dia. Dasar anjing budukan!
      Anjing herder besar berbulu coklat emas hitam ini hasil ”pungutan” kakak gue. Dia ngambil di tempat penangkaran anjing liar. Kesian gara-gara pas kakak gue ketemu Lecter, dia mau di eksekusi, lantaran udah lebih dari seminggu di penangkaran. Yah, begitulah peraturannya.
      ”Lecter, pelan-pelan!” Perintahku. Ia mulai memperlambat jalannya. Kami mulai berjalan santai. Tapi, oh no, Lecter kembali berlari kencang. Membuatku tersentak. Lagi-lagi, kenapa sih nih anjing?
      Tepat di depan kami, ada seorang gadis yang juga sedang membawa jalan-jalan anjingnya, sambil membaca buku. Aduh, gawat! Nabrak deh....
      ”HEEII........AWAS!!!” Teriakku. Gadis itupun mendongak. Spontan Lecter berhenti, tapi aku tidak. Tanpa bisa kucegah, aku menubruk gadis itu. Dalam hitungan detik. Akhirnya, kami langsung jatuh tersungkur.
      Dengan sisa tenaga, aku berusaha bangun dengan segera. Karna, aku jatuh diatas badan gadis itu. ”Aduh, maaf banget, loe enggak kenapa-kenapa? Maaf, salahku,” aku langsung membantu gadis itu berdiri. Segera gadis itu membersihkan pakaiannya. aku memungut bukunya yang sekarang kucel dan kotor, karena tertindih tadi. ”Sekali lagi maaf ya, beneran gue gak sengaja,” ucapku penuh rasa bersalah, sembari menyodorkan bukunya. ”Ah ya, gapapa.” Ia menengadah, memandangku.
      Wah, cakep juga! Mmm, delapan, eh, sembilan koma lima ding! Hah? Ya Ampun Dimas, kamu ngapain nilai tuh cewe? Aku langsung tersipu, malu akan pikiranku sendiri.
”Oh, Sisi! Kamu gak papa??” Ia langsung berjongkok, mengambil anjingnya, lalu memeluknya sayang, dan membelainya. Sang anjing yang bernama Sisi langsung mengoggong senang. ”Sayang, kamu gak luka kan,” Gadis itu mempererat pelukannya.
      Gue hanya tersenyum. Sayang sekali gadis ini terhadap piaraanya, aku saja tidak begitu. ”Mmm, maaf, ini bukumu,” Ucapku. ”Oh, makasih, eh....” ”Dimas!” Jawabku. ”Oh, makasih Dimas,” Ia tersenyum ramah, lalu mengambil bukunya. ”kalo loe, siapa namanya?” Tanyaku. ”Oh, panggil aja gue Lily,” Jawabnya.
      Lily, nama yang manis, pujiku dalam hati.
      Lily menuduk, memandang Lecter. Ia terkejut kagum. “Ah! Ini kan anjing herder?” Ucapnya. Ia berjongkok, menurunkan Sisi, lalu membelai Lecter. Jelas ketauan Lecter senang sekali. Huuh, anjing manja!
      ”I,iiya,” Jawabku sekenanya. Lily menggaruk punggungnya, Lecter mendekatkan badannya pada Lily. ”Siapa namanya?” tanyanya. ”Lecter,” Aku ikut berjongkok. ”Ini, anjing kamu manis ya, ” Aku hendak menggendong Sisi, tapi spontan, Sisi menyalak. Aku kaget. ”Maaf Di, dia emang gak biasa sama orang baru. Loe elus dulu aja kepalanya pelan-pelan, nanti juga dia mau,” Saran Lily, masih bercengkrama dengan Lecter.
      Aku turuti instruksi yang diberikan Lily. Perlahan,  kubelai kepalanya. Awalnya Sisi merasa risih, tapi lama kelamaan, ia mulai senang. Dengan hati-hati aku menggendongnya.
      Bulunya lembut banget, kecil dan imut lagi. Gue lebih suka anjing model begini, yang gak banyak tingkah, daripada Lecter. Kalo tidur di tempat tidur gue aja ngabisin setengah ranjang.
”Jenis apa ini?” tanyaku. ”Terrier Yorksire. Lucu ya? Tapi gini-gini Sisi pelari yang tangkas, dia gue latih buat ngejar kelinci, hehehe,” Ia tertawa.
      Ya ampun, ketawanya manis banget! Ada lesung pipi yang menghiasi kedua pipi mulusnya. Cantik. Sayang disia-siain Di, kalau ada kesempatan, jalan aja...... hehehe
”Mmm, Ly, gue boleh minta nomor hape loe? Kali aja gara-gara jatoh tadi loe ada yang baret, kan gue gak enak juga jadinya,” Aku terkekeh. Lily hanya tersenyum. Ia bangkit, mengeluarkan handphone dari sakunya. ”Nomor loe berapa, gue misscall,” Jawabnya. Lantas aku menyebutkan nomorku. Lalu terdengar deringan pelan dari kantong celanaku. ”Udah,” Ucapnya. Ia mengambil Sisi dari tanganku, menggendongnya.
      ”Rumah loe deket sini ya,” Aku membuka percakapan. ”Iya,” Jawabnya halus. ”Dimana?” tanyaku. ”Tuh, disana,” Ia menunjuk ke arah belakangnya. ”Nanti belok kiri, blok A5 no.17, yang pagarnya bercat hitam,” Jawabnya. ”Loe juga?” ”Oh iya, rumah gue disana, di ujung, blok A 12 no. 02,” Balasku. “Kapan-kapan loe main ya, ke rumah gue, ajak juga Lecter,” Undangnya.
      Serasa kena durian runtuh gue! Baru kenal, udah diundang maen ke rumah! Gue seneng bukan main.
”Boleh nih?” pancingku, tak percaya dengan apa yang dikatakannya. ”Ya bolehlah, masa enggak?” ia tertawa. ”Kan baru kenal, gak takut gue bakal ngerampok rumah loe?” candaku. ”Elo? Gaklah, gue tau tampang cowo baik-baik sama enggak,” Ia tersenyum.
      Wah, gue udah ge-er aja, gue dibilang cowo baik! Hehehe….
“Gue duluan ya Di! Sisi mau perawatan dulu, main ya ke rumah, inget ya, ajak Lecter,” Ia pamit, aku hanya tersenyum dan menganggukan kepala. Tiba-tiba ia berbisik pelan, “Kayaknya Lecter suka sama Sisi, liat aja dari pandangan matanya,” aku terkejut, jelas. Lecter? Naksir Sisi? Kulihat pandangan mata Lecter. Dia melihat Sisi dengan penuh cinta! Ya ampun.........

***

      Kupantengin handphoneku sedari tadi. Sms gak ya? Aduh.......... bingung. Nanti kalo gue duluan, dikira gue demen lagi ama dia,(emang bener sih, hehehe), baru kenal, udah maen sms aja, tapi, emangnya dia mau sms gue duluan? Kayaknya gak mungkin deh, dimana-mana kan cowo duluan yang gerak, masa dia?
      Kulirik jam dinding yang bertengger manis diatas meja belajarku. Jam 7! Apa dia lagi belajar ya?

Jam 8
      Setelah makan malam, aku segera kembali ke kamarku, menyambar handphoneku yang terkulai lemas di atas tempat tidur. Kulihat LCD handphoneku, berharap ada yang sms, atau telepon. Tapi, nasib baik sedang tidak memihak kepadaku. Lily sama sekali gak ngehubungin aku. Mmm, kalau sekarang, ngeganggu gak ya? Nunggu dulu deh,

Jam 9
ADA SMS! Dengan hati bergetar kubuka sms itu, yah, dari Dodi, bukan dari Lily. Hmm, kalo sekarang gue hubungin ganggu gak ya? Ah, tapi kayaknya enggak. Tapi, jam segini dia udah tidur belum ya??
Jujur, gue adalah cowo yang pemalu. Gue lebih sering diem, apalagi di depan cewe! Kesannya jaim ya, hahaha, tapi sebenernya enggak kok! Tapi kalo urusan ginian, gue paling malu, gengsilah kalau kasarnya, takut dibilang so deket, so kenal, kan ngejatohin nama gue juga......
Akhirnya, dengan (terlalu) banyak pertimbangan, ku sms Lily:

Hi Ly, ni Dimas. met bobo ya, gue seneng udah bisa kenal sama loe! Sisi udah tidur? Salam buat dia ya.....

      Kupegang handphoneku erat-erat, menunggu balasan darinya.
Tak lama kemudian, handphoneku bergetar! Hatiku gak kalah hebat bergetarnya... segera saja kubuka sms yang baru datang.

Loe belum tidur? Iya, Sisi udah tidur. Nanti kalo dia bangun besok gue sampein ya,....

      Aku kecewa berat. Masa dia balesnya gini aja? Yah, kesannya kayak gue mikirin anjingnya aja! Haduh, Dimas, loe bego banget!

***

      ”Anita, tolong mama ya!” Terdengar suara ibu dari dapur. ”Mbak, dipanggil tuh,” Ucapku kepada Anita yang berada tepat di depanku, sedang asyik-asyiknya selonjoran sambil nonton teve. Aku yang berada di atas sofa, asyik makan camilan. Anitapun bangkit. ”Ya Ma....” Jawabnya.
      Ibu keluar dari dapur, menuju meja makan. Kulirik ke belakang,
Ibu bikin brownies? Wah, enak nih! Akupun bangkit dari singgasanaku, menuju ke arah mereka.
”Bu, aku mau dong!” tanganku hendak menyomot sepotong brownies yang masih hangat dan hmm..... aromanya sedap.
      Tapi secepat kilat ibu menepis tanganku. ”Enak aja kamu! Ini untuk Bu Talia, buat arisan nanti sore.” Jawab ibu. Aku mendengus. “Ibu bikin dua dong, buat yang di rumah juga,” rengekku. ”Buat rumah ibu lagi panggang, sebentar lagi juga matang,” Jawab ibu.
”Terus aku dipanggil ngapain bu?” Tanya Anita. ”Nah, kamu, tolong antarkan ke rumah bu Talia ya, itu, di ujung kiri, kamu belok kiri, blok A5 no.17, pagarnya warna hitam,” ibu memasukkan brownies itu ke dalam kotak kue. ”Kamu jalan kaki aja, dekat kok, kalo enggak naik motor,” Tambah ibu.
      Lho?? Bukannya blok A5 itu,..... oh! Rumah Lily!
”Bu, aku aja deh yang nganterin, ya??” Pintaku. ”Lho, numben loe...... biasanya malesnya gak kira-kira!!” Anita tidak percaya. ”Enak aja loe! Gue juga mau bantuin kale...” kilahku. ”Memangnya kamu udah mandi Di?” Tanya ibu, melihatku penampilanku yang acak-acakan. Rambut aja gak gue sisir. Hehehe….. tapi gini-gini gue udah bersih. ”Yee, ibu, aku udah mandi!” Jawabku.
      ”Yaudah, nih, bawain kesana ya, hati-hati, jangan sampai jatuh!” Pesan ibu. ”Bentar dulu ya bu! Aku mau ke atas dulu, jangan suruh mbak nganterin kuenya ya!” Aku langsung berlari ke kamar.

      Segera saja kubuka lemari, kuacak-acak isinya, mencari baju yang paling bagus dan keren. Masa mau ketemu Lily gue berantakan?
Akhirnya pilihanku jatuh ke celana jeans hitam, dan kemeja kotak-kotak merah dengan tangan sampai siku yang kugulung. Dalamnya aku memakai kaos putih. Cukup keren kan? Hehehe.
      Aku berjongkok, menarik sepatu putih berpilok hitam-merah converse kesayanganku. Setelah memakai kaos kaki, kupakai sepatu ”kebangsaanku” itu.
      Kemudian aku menuju meja riasku, (kalian pasti mikir yang aneh-aneh, masa ada meja dandan di kamar cowo? Yah, cowo juga perlu dandan, ya ga?) kusisir rambutku, dan kuberi sedikit gel. Agar bentuk rambutku lebih keren! Hehehe.... lalu mengambil bedak (hayo... mikir yang aneh-aneh lagi ya? Kan bukan Cuma cewe yang berhak memperbaiki penampilan, kaum adam juga dong? Biar enak diliat, hehehe) kupakaikan tipis-tipis. Setelah itu, kurogoh minyak wangi, dan menyemprotkannya ke seluruh tubuhku.
      ”Centilnya ade gue.....” tiba-tiba pintu kamar terbuka, aku terkejut. Anita bersandar di ambang pintu, menyilangkan tangannya. ”Mau ketemu siapa sih, heboh amat?” Anita tertawa.
”Bukan urusan loe!” Jawabku sinis. ”Ye, ditanya baek-baek malah jutek, kayak cewe tau gak loe!” Balas Anita. ”Biarin!” Aku menjulurkan lidahku. ”Hah?” Anita menutup mulutnya tak percaya. ”Loe naksir sama Bu Talia? Ya Ampun Di, dia kan udah punya suami, hahahha.....” Anita tergelak.
      ”Sial! Gue gak naksir sama dia tau!” Kuberikan tatapan tajam ke arahnya. Enak aja, masa selera gue ibu-ibu? Kurang asem!
” Terus siapa? Pembantunya?” Anita kembali tertawa puas, tak mempedulikan tatapanku yang super jutek padanya. ”Selera gue rendah amat!” Sungutku. ”Terus siapa, biasanya ade gue kemana-mana aja kucel kumel demek, eh, tiba-tiba rapi gini,” Anita masuk ke kamarku, duduk di atas ranjang. Spontan ia bersin. ”Gile Di, parfum loe nyengat banget! Pusing gue,” Ujarnya. ”Hah? Masa?” aku mengendus-endus badanku, masa sih nyengat banget? Ah, enggak ah!
      ”Eh, cerita dong, kok tumben-tumbenan loe rapi? Emang mau ketemu sama siapa sih?” Tanya Anita penasaran.
      ”Yah, jujur aja nih ya mbak,” Aku ikut duduk di sebelahnya. ”Mbak tau gak anaknya bu Talia? Itu, yang namanya Lily,” Jelasku. ”Oh, kenal! terus, emang kenapa sama dia?” Ucap Anita. ”Waktu hari minggu kemaren kan gue ajak jalan si Lecter, gue ketemu sama dia, ya ampun mbak, cakep banget! Terus kenalan sama deh sama dia, dia juga lagi ngajak jalan anjingnya, Sisi namanya,” ”Oh...” Anita manggut-manggut. ”Jadi intinya loe mau pedekate sama dia?” simpul Anita. Aku mengangguk bersemangat. ”Tapi Di,” sanggah Anita, ada nada keraguan. ”Kenapa?” Tanyaku penasaran.
      ”Yah, tapi sori nih ya, gue Cuma denger-denger aja sih, katanya, dia tuh tergila-gila banget sama anjingnya, katanya dia sama sekali gak tertarik sama manusia! Yah, tapi gue gak tau bener apa enggak, itu kan Cuma kabar jalanan aja, soalnya dia sering banget kemana-mana sama anjingnya,” jelas Anita.
      ”Ah masa? Kan sering jalan sama anjingnya gak berarti dia tuh gak tertarik sama laki-laki, dia kan perempuan,” aku menyangkal dengan nada yang dimantap-mantapkan. Sebenarnya ucapan Anita sudah tertanam dengan dalam di pikiranku, tapi masa sih? Rasanya gak percaya.

***

      Kata-kata Anita terus terngiang-ngiang dalam pikiranku. Segera kutepis. Ah, gue gak boleh percaya sama omongan gituan! Lagian mungkin Anita taunya dari tukang bubur yang sering lewat. Hihihi, emang Anita gaulnya sama tukang bubur sih, makannya tau gosip begituan!
Ting, Tong! Kupencet bel yang berada di dekat pagarnya. Pagar ini tinggi, aku tidak bisa melihat dalamnya.
      Tiba-tiba, pintu pagar terbuka. Satpam yang membukakan.
”Permisi Pak, saya mau ketemu sama Bu Talia, ini ada kue dari ibu saya, Ibu Siska,” Jelasku, diselingi senyuman. ”Oh, anaknya bu Siska? Ayo, silahkan, Nyonya sedang pergi, tapi anaknya ada di rumah,” Sapa sang satpam ramah, sambil membuka pintu pagar.

***
     
      Tok, Tok! Pintupun terbuka.
Hatiku berdesir! Aku akan bertemu dengan gadis impianku, hehehe.....
      ”Eh, Dimas!” bener! Lily yang buka pintu. Batinku.
Lily, melebarkan pintunya, akhirnya aku melihat  Sisi dengan tenang berada di pelukan Lily. ”ayo masuk,” undangnya. Perlahan, akupun masuk ke dalam rumahnya.
      Wah, rumahnya keren banget! Rumahnya lapang dan luas, banyak ventilasi dengan berbagai bentuk menghiasi tiap dindingnya, rumahnya terbuka. Tepat di depan, sengaja di kosongkan, lalu di tengah-tengah, terdapat meja makan yang sangat panjang dan tertata rapi. Lalu ada tangga yang melingkar menuju lantai dua. Di ujung sebelah kanan terdapat sofa berwarna oranye, sangat serasi dengan dindingnya yang juga berwarna oranye. Di sebelah kiri terdapat teve dengan sofa berwarna hitam dengan karpet berwarna krem, sedangkan walpapernya berwarna abu-abu dengan corak kerang. Terdapat banyak lemari dan meja kaca, diisi dengan banyak keramik antik dan barang pecah belah lainnya.
      Bu Talia rupanya senang mengoleksi barang pecah belah juga, sama seperti ibu, pikirku.
      Aku mengikuti Lily menuju ke ruang tamu. Lily mempersilahkanku untuk duduk.
” Mau minum apa Di?” Tanya Lily, sambil menaruh Sisi di sebelahnya. ” Ah, gak usah, gue kesini Cuma mau nyerahin ini,” Aku memberikan brownies titipan ibuku. ”Brownies, buat arisan,” tambahku.
      ”Wah, makasih banyak ya Di,” Lily mengambil brownies itu, lalu pergi untuk menaruh brownies tersebut diatas meja makan. ”Loe tau gak Di? Sisi kan suka banget sama brownies,” Ucap Lily sambil mengelus-elus Sisi yang mendengkur pelan. ”Dia juga suka coklat, yang dalamnya ada apel,” ”Oh....” tanggapku. ”Oh iya!” Lily bangkit lagi dari sofa, lalu pergi.
      Gue jauh-jauh dateng, dandan, masa Cuma buat ngomongin kesukaan anjing? Harusnya kan gue nanya tentang Loe Ly, haah............... desahku.
      ”Nih!” Lily datang membawa sebuah kantong berwarna pink. ”Buat Lecter. Semoga aja dia suka ya,” Aku mengambil kantong yang diberikan Lily. ”Apa ini Ly?” Tanyaku. ”Cokelat, buat hewan,” aku mengangguk paham.
      Ada sedikit kekecewaan yang hinggap di kepalaku.
”Loe kemana-mana bawa-bawa Sisi ya?” aku tahu, pertanyaanku ini kurang sopan buat ditanyakan, tapi aku begitu penasaran. Lebih-lebih dengan ucapan kakakku, aku ingin memastikan.
”Sering sih, tapi gak selalu kok,” Jawab Lily ringan. ”Emangnya cowo loe gak marah apa?” ”Penting ya?” Tanyanya acuh. Aku diam. Duh, jadi gak enak nih......
      ”Oh, gue udah nyampein salam loe buat Sisi tempo hari,” Ucap Lily. ”Oh ya? Terus?” ”Dia bilang salam balik,” Jawab Lily. ”Emangnya loe ngerti bahasa anjing?” tanyaku heran.
      Ya iyalah gue bingung, emangnya Sisi bisa bilang ’salam balik?’
”Enggak, Cuma dia menggonggong tanda senang,” Lily tersenyum. ”Gak bawa Lecter?”
”Oh, enggak, soalnya Lecter tidur,” dustaku.
”Ya udah deh Ly,” Aku bangkit. ”Gue pamit dulu ya!” Lily (kembali) menggendong anjingnya. ”Makasih banyak ya, udah repot-repot mau nganterin,” Lily mengantarku sampai pintu.
”Gue pulang ya Si,” Aku mengelus kepalnya, Sisi menggonggong riang. ”Makasih ya Ly buat cokelatnya. Lecter pasti seneng nih,” ”sama-sama, salam ya buat Lecter,” Lily tersenyum.

Setelah pamit dengan satpam tadi, aku terus memikirkan percakapanku dengan Lily, dan menyambungkannya dengan ucapan Anita. Dia emang mengakui kalau Sisi gak pernah jauh-jauh dari dia. Tapi, itu kan belum membuktikan apakah dia tertarik sama cowo atau enggak. Berarti aku masih punya harapan dong?

***

      ” Di, buang sampah ya!” Perintah ibu.
”Males bu, bau!” Ucapku, masih leha-leha di ruang teve. ”Dimas, jangan males ah! Hari ini tukang sampahnya mau dateng, jangan sampe nih sampah telat diangkut, lagipula, udah banyak banget nih!” Ucap ibu. Akhirnya, aku menuruti dengan malas.
Ni kantong sampah berat amat! Isinya apaan sih? Udah bau, berat lagi! Dengan sedikit jijik, aku memasukkan ke dalam tong sampah.
      ”Lho, Dimas?” sapa seseorang. Lantas aku menoleh ke asal suara. Glek! Lily, sama seorang cowo. Aku menunduk, ada Sisi, dan seekor anjing herder, hampir mirip sama Lecter, Cuma lebih kecil. ”Eh, Lily,” Sapaku, berusaha tersenyum.
      ”Lagi ngapain?” tanyanya riang, seperti biasa. ”Oh, gak lagi ngapa-ngapain, loe?” aku balik bertanya. ”Jalan-jalan, Sisi soalnya lagi pengen keluar.” Jelas Lily.
      ”Temen kamu Ly?” tanya cowo yang berada di sebelah Lily.
Duh, kok perasaan gue gak enak ya? Jangan-jangan.....
      ” Oh iya! Dimas, kenalin, ini cowo gue, Rio. Rio, ini Dimas, tetangga, dia juga punya anjing herder, Lecter namanya,”
      BLAAR!!!! Seperti ada petir yang menyambar ubun-ubun kepalaku. Rasanya pandanganku buyar. Bener apa dugaanku, cowo yang berada di sebelahnya adalah pacarnya. Rasa malu yang luar biasa hebat menjalar sampai ujung kaki, mau rasanya lari dari tempat ini, tapi, mana bisa?
      ”Anjingnya keren ya, siapa namanya?” aku berusaha mengalihkan topik. Kata-kata Lily yang ringan terdengar seperti sebuah batu yang menghantam badanku. Aku berusaha menenangkan hatiku, yang masih sangat shyok dengan pernyataan tadi.
      ”Namanya John,” Jawab Rio senang. ”Rio ini juga penyuka anjing, kayak gue,” Jelas Lily. ”kami berdua tergila-gila banget sama yang namanya anjing,” Rio menimpali.
      Oh, pantesan loe kemana-mana bawa Sisi terus, ucapku dalam hati.
”Oh iya, gimana lecter?” Tanya Lily. ”Dia lagi pergi sama kakak gue,” Jawabku dengan nada yang dipaksakan untuk tenang.
      ”Oh, aku kira kita bisa jalan-jalan bareng,”Lily agak kecewa.
”Loe suka sama Lecter?” Tanyaku.
”Iya, gue suka sama Lecter! Habisnya, dia manis banget! Walaupun badannya besar, tapi wajahnya sangat menawan,” Ungkap Lily terus terang.
”Yaudah Di, duluan ya,” Pamit Lily, lalu pergi. Rio mengangguk hormat, kemudian berlalu.

      Pernyataan Lily dan cowoknya tadi membuka jawaban yang menjadi pikiranku belakangan ini. Dan benar dugaanku, dia bukan seperti yang dikatakan oleh Anita. Dia tertarik pada lawan jenisnya, buktinya, dia punya pacar.
      Dia memang senang membawa anjing kemanapun ia pergi, karna dia memang tergila-gila pada hewan yang satu itu, dia juga perhatian terhadap Lecter, yah karna dia menyukai binatang pemburu itu. Jadi pantaslah kalau dia tidak terlalu tertarik padaku, karna dia memang sudah memiliki seseorang yang mencintai dan dicintainya.
      Jadi selama ini dia hanya tertarik pada anjingku? Ya ampun, aku tengsin bukan main! Kepercayaan diriku, ge ernya aku, runtuh seketika. Haduh, kenapa baru sadar sekarang?
      Untuk kesekian kalinya, harapanku akan mendapatkan pacar musnah.


TAMAT

Parung, 020610
Secuplik ide saat bengong J

Dear Mr....

“and because of that, Collin cartepillar felt happy,” Mr. Amir mengakhiri ceritanya yang panjang dan lama. Murid-murid menanggapinya dengan menguap.
            Siang hari memang enaknya tidur, pikirku. Aku tak sepenuhnya mengamati apa yang Mr. Amir  terangkan di depan kelas. Panas matahari yang menyengat menembus masuk ke kelas kami lewat celah jendela yang terbuka, membuat ruangan menjadi hangat. Aku yang kebetulan duduk di ujung kanan kelas, hanya duduk termenung, menopang kepalaku sambil melihat keluar, yang kebetulan kelasku berada di lantai dua. Aku mengamati awan-awan yang melayang dengan ringan dan bebasnya, tanpa ada beban sedikitpun. Huam…….
KRIIIIIIIIINNGG!!!
            Akh, akhirnya! Semua murid langsung terbangun begitu mendengar bel. Selesai sudah pelajaran yang membosankan, saatnya pulang dan…… makan! Lapar…..
Semua anak sedang sibuk membereskan barang-barangnya.
“Anak-anak! Tolong duduk dulu sebentar,” pinta Mr. Amir. Kami menurut.
“mulai minggu depan, bapak sudah tidak mengajar disini lagi,” ia mengumumkan. Spontan kelas langsung sunyi. Agaknya anak-anak kaget, akupun merasa begitu.
“Tadi, Mr.Amir bilang apa?” bisik Ana masih tidak percaya.
“Dia gak bakalan ngajar disini lagi,” jelasku, juga berbisik.
            “Memangnya ada apa pak?” celetuk Adit.
“I’m going to Singapur,” Jawab Mr. Amir.
“Jadi, Mr. gak ngajar disini lagi?” Tanyaku, memastikan.
“Benar. So, take care of you, ok? Jangan malas-malasan belajarnya!” petuah Mr. Amir. Setelah itu, iapun keluar kelas.

***

            Sudah seminggu, tak ada yang mengajar bahasa Inggris. Waktu yang kosong pun dimanfaatkan para murid untuk refreshing. Ada yang tidur, ada yang nyambitin temen-temennya pake gumpalan kertas, ada yang nyanyi-nyanyi, ngobrol, dan melemparkan lelucon-lelucon konyol yang jayus abis. Ada juga yang belajar, wah, rajin bener!
            Aku yang tidak begitu tertarik untuk ngumpul-ngumpul, memilih untuk tidur-tidur ayam. Kebetulan tadi malam aku kurang tidur. Huam…………
“Anak-anak,” tiba-tiba Bu Irna, wakil kepala sekolah,masuk, menghentikan aktifitas kami. “ Tolong dengarkan. Maaf, seminggu ini kalian tidak belajar bahasa Inggris, dikarenakan Mr. Amir keluar. Tapi, sudah ada pengganti Mr. Amir, jadi, kalian sudah dapat memulai belajar Bahasa Inggris kembali,” ucap Bu Irna. “Pak, silahkan”
Dari pintu, muncullah seorang laki-laki yang sangat gagah, datang membawa tas hitam, memakai kemeja biru cerah, celana hitam, wah, keren deh! Tapi bukan itu yang membuat aku dan anak-anak, khususnya anak-anak perempuan, terpana. Ia putih, wajahnya yang simetris, sangat menawan. Hidungnya yang melengkung dengan indah, matanya yang tegas namun hangat, alisnya yang tebal, bibirnya yang tipis, sungguh tampan. Rambutnya yang hitam lurus berkilau gaya semi-army. Apalagi ia memakai pemanis, kacamata berbingkai hitam tipis yang membuat wajahnya makin, WAH!!!! Haduh, melting diriku…….
Good afternoon class, my name is Andre Pratama. You can call me Mr. Dede, or Mr.Andre,” ia tersenyum.
Ahh……………. YA AMPUN!! Senyumnya gila, manis banget! Giginya rata dan putih, Oh, tampan banget guruku yang satu ini! Kuedarkan pandanganku, tampaknya senyuman Mr. Andre membuat murid-murid perempuan, ya ampun, pongo, salting, melting, atau, apalah namanya. Mereka semua tersenyum, matanya berbinar-binar, kayak baru liat dewa turun dari langit, tapi, dia manusia apa malaikat sih? Sumpah. Ganteng banget…….
“Ya Pak Andre, saya ke ruangan saya dulu,” Ucap Bu Irna seraya keluar.
“Oh iya bu, terima kasih,” balas Mr. Andre. Tapi, sesampainya di depan pintu, Bu Irna berbalik, lalu mengedip kepada Mr. Andre. Ihh……….. genitnya muncul deh, maklum, perawan tua. Hehehhe……
            Ok class, any question?Mr. Andre kembali menatap kami. Spontan, banyak yang mengangkat tangan, tapi rata-rata perempuan sih,
“Mmmm, kamu yang disana!” Mr. Andre menunjuk ke arah Clara, si centil.
“Bapak, masih single gak?” tanya Clara dengan suara manjanya. Langsung kelas ribut, banyak yang menyoraki, Clara hanya senyam-senyum aja. Mr. Andre ikut tersenyum.
Yes, I am single,” Jawab Mr. Andre halus. Kontan, kelas menjadi ricuh.
“Mr. Dede!” Alicia mengangkat tangan. “Yes, what?” Jawab Mr. Andre.
“Mmm, boleh tulis biodata bapak gak di papan tulis?” pinta Alicia malu-malu. Kelas kembali ribut, Mr. Andre hanya tertawa.
“Oke, tapi yang formal-formal aja ya,” Mr. Andre merogoh tasnya, mengambil spidol, lalu mulai menulis di papan tulis.

Andre Pratama
Andre or Dede
Bandung, 17 Oktober 1983
English Teacher

“Ok?” Mr. Andre tersenyum. Anak-anak perempuan kontan menulis apa yang ada di papan tulis, seakan itu adalah pelajaran penting.
“Mr. Dede!” Kali ini giliran Ana yang angkat tangan. “Hmm?” Mr. Andre menatap Ana, Ana salting.
“Mr. tinggal dimana, kok gak ditulis,” Protesnya. Suara HUU keras menyoraki Ana, tapi ia cuek aja. “Oh, kalo itu, bapak tinggal di Komplek Bumi Indah Permai, Jl. Cempaka Mas no.12, Blok D17 no 2.” Jawab Mr. Andre tenang.
            Jalan Cempaka Mas? Komplek Bumi Indah Permai? Lha, itu kan…..
“Trus, kalo nomor telepon bapak berapa? Gak ditulis juga,” keluh Silvia.
“memangnya buat apa?” Mr. Andre balik nanya. “Yah, kali aja, nanti kalau ada soal-soal yang tidak ngerti, kan daripada harus ke rumah bapak, lebih baik sms atau telpon…..” Silvia tersenyum.
“Ah, kamu mah bukan nanya, Cuma mau ngecengin Mr. Dede doang!” celetuk Anton dari pojok kanan belakang kelas. Satu ruangan misuh-misuh. Silvia memberikan kepalan tangannya kepada Anton dan dibalas oleh juluran lidah oleh Anton.
            “Ah, enggak apa-apa, catet ya, bapak diktekan ya,” Mr. Andre menenangkan kelas. “zero, eight, thirteen, seventeen, seventeen, nine, nine, five ninety,”
“Pelan-pelan Mr, bisa diulangi lagi?” Ujar Clara.
“Nih, aku diktein. Nol delapan tiga belas, tujuh belas, tujuh belas, sembilan, sembilan, lima, sembilan kosong,” Jawab Ana seketika dengan lantang.
“wah, kamu listeningnya bagus sekali,” Puji Mr. Andre. Sorakan kembali membahana di tiap ujung-ujung kelas, Ana hanya tertawa.
            “Oke, perkenalan dari bapak udah selesai,” Mr. Andre duduk, memandang tap-tiap murid, begitupun sebaliknya. “Sekarang, bapak mau ngabsen dulu ya, biar tau nama dan wajah kalian,” Ia tersenyum hangat.

***
            Rasanya pelajaran yang paling sebentar waktunya hanya Bahasa Inggris. Dua jam terasa hanya sepuluh menit, saat sedang asyik mendengarkan penjelasan Mr. Andre tau-tau saja bel berbunyi. Dulu, murid-murid jika bel selesai berbunyi langsung senang, segera memasukkan semua buku-buku dan alat tulis mereka, kali ini malah sebaliknya. Murid-murid – terutama perempuan, tentu saja – merasa kesal, kenapa bel harus berbunyi? Dan mereka masih diam, tidak berniat memasukkan barang-barangnya sama sekali.
OK, time is up,” Mr. Andre bangun, membereskan barang-barangnya. “See you class, Good Day!” Ia tersenyum, melambai. Kontan anak-anak balas melambai, lalu secepat kilat membereskan barang-barang mereka, pergi menyusul Mr. Andre.
“Des, ayo pulang!” aku menyampirkan tali tasku. “Eh, Si, sori, hari ini, aku gak bareng ya,” Desi terlihat buru-buru. “Kenapa, mau ngejar Mr. Andre?” Godaku, Desi hanya tersipu. “Yaudah sana!” ucapku akhirnya, merelakan teman pulangku. “Okeh, kamu emang paling baik!” Desi mengacungkan jempol, lalu bergegas mengejar rombongan ‘Andre Lovers’. Hahaha……….
            Baru seminggu dia ngajar aja udah banyak yang ngerubutin,…. Aku geleng-geleng kepala.
Tapi….
            Tak dapat kupungkiri, kalau aku memang menaruh hati juga pada guruku yang satu ini. Cuma, aku tidak dapat terang-terangan menunjukkannya, hanya kusimpan dalam hati. Lagipula, dia adalah laki-laki sejuta umat. Yang belum jadi artis aja, penggemarnya udah bejibun……
“Si!” Panggil Angga. Aku menengok, Angga mendekatiku.
“Mau pulang bareng aku gak, kebetulan Dodi juga pergi,” Tawarnya. “Emang Dodi kemana?” Tanyaku. “Jadi anggota ‘Andre Lovers’ juga…. Hahahha…..” Ia tertawa.
            Aku tercekat. Dodi? Astaga, dia kan laki-laki. Mau tak mau aku ikut tertawa juga. Geli saja, masa dia juga ngefans sama Mr. Andre.
“Jadi gimana, mau pulang bareng gak?” Ulang Angga. “Okelah, daripada aku sendirian,” Aku setuju.

***


Rabu, 13 Maret 2010
     Aku kepergok bengong saat di kelas! Mampus! Dan kamu tau apa yang paling membuatku malu?? Haduh Di, yang mergokin itu Mr. Andre, hansome teacher! Ya ampun, aku malu banget! Kenapa coba aku bisa pas-pasan bengong saat pelajaran dia? Aku kebanyakan mikirin dia sih, jadinya aku emang gak nyimak! Hahaha..
     Kamu tau gak Di, yang paling konyol? Aku ngebayangin Mr. Andre sama aku... hahhaha... aku pegangan tangan sama dia, jalan-jalan di sebuah taman yang sangat indah......... wah, kayaknya gak ada yang bisa ganggu waktuku bareng dia! Pingin rasanya terus berlanjut, walau hanya dalam angan-angan..........
     Tapi aku malu nih Di, pokoknya, aku gak boleh bengong lagi! Aku gak mau ketauan dodol dalam mata pelajaran dia, pokoknya, aku akan berusaha, supaya nilaiku tertinggi!!!!
Ayo....... SEMANGAT!!

***

”Udah Pak!” Jawab Anis senang, lalu meletakkan kembali spidol papan tulis di atas meja guru, tepatnya, di sebelah tangan kiri Mr. Andre.
Ok, thank You, Anis,” Mr. Andre tersenyum. “and now…..” ia membaca buku daftar absensi, membetulkan letak kacamatanya. Hihihihi….. kalo lagi serius dia tetep aja ganteng!
            “Sisi! Come here, answer the question no. 6!” Panggil Mr. Andre. Ia menengadah, menatapku.
Aku kaget, jelas! Soalnya aku gak nyangka bakalan dipanggil, apalagi aku lagi bengong! Hehehhe.......... tapi perlahan, aku maju juga, mendekatinya.
here you go,” Mr. Andre memberikan spidol diselipkan senyuman ’hangat’ khasnya. Aku balas tersenyum aneh, abis, aku grogi! Calm down girls, tarik napas, buang perlahan, mantap! Aku harus mengerjakan soal dengan santai..........
            ”Selesai!” dalam hati aku bersorak bangga..... akhirnya....
”Wah, hebat! Cepat sekali....” Puji Mr. Andre. Aku hanya mengangguk lalu kembali ke bangkuku.
”Wah Si, enak nih, dipuji sama Mr. Andre....” Goda Lia, ia menyikut pinggangku.
”Hehhehehe.......... itu baru sekali. Liat ya Li, nanti aku pasti jadi pakarnya Bahasa Inggris......” ucapku senang.
”Huuu............. hati-hati takabur.... hahaha........... iya aku doain,”
”Amin!”

***

Kamis, 15 September 2011

”Pak, ini, peernya. Maaf saya baru ngumpulin sekarang....” ucapku seraya memberikan buku latihan Bahasa Inggrisku pada Mr. Andre.
            Hari sudah sore, banyak guru-guru yang sudah pulang. Oleh karena itu, di ruang guru hanya ada aku dan Mr. Andre.
”Oh ya, gapapa! Kamu kok telat, kenapa?” Tanya Mr. Andre, mengambil bukuku.
”hehhe.... aku lupa tadi pak, baru inget pas sampe sekolah, makanya saya ngerjainnya tadi.....” aku cengengesan. Malu, abis nanti kalau Mr. Andre menganggap aku pemalas gimana? Haduh.... dasar acara tv kurang ajar! Aku jadi lupa ngerjain peer..... (sadar sih, aku yang salah, harusnya ngerjain peer dulu! Hehehhe...........)
”Eh, kamu mau baca buku ini gak?” Tiba-tiba Mr. Andre menyodorkan sebuah buku kepadaku.
”Ha? Oh, boleh.... buku apa ini pak?” Aku tersadar dari lamunanku, lalu mengambil buku bersampul biru laut. ”Buku novel sih, tapi bagus. Yang nulis Enid Blyton...” Jelas Mr. Andre. ”Wah, saya juga suka karangan Enid Blyton!” ucapku senang. Ternyata, aku sama Mr. Andre punya satu kesamaan. Jodoh kali? Xixixixi...........
            ”Bagus dong! Ceritanya enak, coba aja kamu baca.....” Mr. Andre membetulkan letak kacamatanya. ”Makasih pak.... tapi, bener boleh saya pinjem?” Aku memastikan. ”Iya, gapapa.....” Mr. Andre meyakinkan.
”Mmm, ngembaliinya kapan pak?”
”Kamu maunya kapan?”
”Yah, saya gak tau! Tergantung lamanya saya baca...”
”Yaudah, terserah kamu aja, balikinnya kapan,”
”Bener boleh?”
”Iya, kan bapa yang nawarin.....”
”Tapi saya gak enak pak....”
”Enakin aja.....” ia tersenyum.
”Serius!”
”Hahaha.... sori..... Emang kenapa kamu gak enak?”
”Yah..... gitu deh pa!” aku garuk-garuk kepala. Bingung.....
”Gitu gimana?”
”Ya begitu pa.... duh susah jelasinnya.....”
”Kalo gitu, kamu pinjem aja bukunya.....”
”Oh... iya deh pak! Makasih banyak ya pak...” Aku berterima kasih. Segera kujejalkan buku itu ke dalam tasku yang padat isinya.
            ”Eh, kamu gak pulang? udah sore.....” ia membereskan buku-bukunya.
”saya tadi ikut ekskul... jadinya sore, ini lagi nungguin temen.....” Jawabku sekenanya.
”Oh, kirain kamu sendirian.....” Mr. Andre manggut-manggut. ”Mau nganterin saya pak? Hehehe” ”Kalo kamu mau mah ayo....” Jawab Mr. Andre, bercanda. ”Huu.... makasih ya!”
            ”Si! Yu pulang.....” Lia masuk ke ruang guru. ”Eh, Mr. Andre..... belum pulang pak?” Sapa Lia. Lia, murid kelasku SATU-SATUNYA yang sama sekali gak terpengaruh sama ’ganteng’nya Mr. Andre. Maklum, cowo ter’ganteng’ versinya adalah Jun Matsumoto, aktor Jepang yang lagi naik daun itu.
            ”Ini baru mau... kalian juga?” Mr. Andre bangkit, aku bergeser ke sebelah Lia. ”Iya pak, duluan ya!” Pamit Lia sopan. ”Pa, pulang dulu! Makasih ya....” Pamitku. ”Hati-hati ya....” Jawab Mr. Andre. Lantas, aku dan Lia segera keluar ruangan.

            ”Jie...... ngobrol lama tuh sama Mr.Andre....”
”Li, ngobrol doang biasa kali....” aku tak menanggapi ledekan usilnya. ”Eh, kamu sebenarnya ngefans juga gak sih sama Mr. Andre?”Tanya Lia penasaran. Aku diam. Habis, jujur aku suka, tapi bukan suka seperti yang lainnya rasakan. Aku tidak berdebar-debar, tidak salting, tapi..... gimana yah? ”Mmm, menurut kamu Li?” ”Yah.....” Lia melemparkan teh kotaknya ke tong sampah. ”Kamu biasa aja,” ”Kenapa emangnya?” Tanyaku ingin tahu.
            ”Kamu gak, maaf yah, sok kecakepan kayak yang lain saat ada Mr. Andre, kamu gak gaya depan beliau, kamu gak ngejar-ngejar kayak yang lain, intinya, kamu normal-normal aja deket dia, kayak tadi pas dia ngobrol sama kamu, kamu juga biasa aja, sama kalau kamu lagi ngobrol sama guru-guru yang laen.... nih, Si, kalo misalkan yang laen mah... udah daritadi meleleh kali.....” jelas Lia panjang lebar.
”Ooh.....” ”Eh, ngomong-ngomong,” Lia melanjutkan, ”Kamu jarang pulang bareng lagi ya sama Desi, sejak baru masuk kelas 8 ia....” ”Oh.... iya,” Jawabku datar. ”Kenapa? Kamu gak marahan kan?” ”Enggak kok, kan aku juga sering nyapa dia.....” Ujarku. ”Terus?”
            ”Aku kan beda kelas sama dia. Terus, biasa, dia aktif banget di komunitas ’Andre Lovers’, hehehe....... kamu liat di facebook kan? Ampe ada grupnya.... hahaha.....”Aku tertawa. Liapun ikut tertawa.
            ”Tapi masa gara-gara klub ’gak penting’ itu kalian jadi jauh?” Lia masih belum puas dengan alasanku. ”Yah, bagi kita gak penting. Kalau bagi mereka?” Aku dan Lia kembali tertawa.
            ”Hampir satu sekolah ya naksir dia.....” Gumam Lia. ”Jangankan murid-murid, Bu Irna, ngejar-ngejar dia!” Tambahku. ”Bu Irna? Perawan tua yg galaknya naujubilah itu?” Lia tak percaya. Aku hanya mengangkat bahu. Mau tak mau, kami kembali cekikikan.

***
Sabtu, 17 September 2011      19.49
           
Aku sedang asyik membaca buku yang diberikan oleh Mr. Andre, judulnya ”Gadis Paling Badung di Sekolah”. Novel lama sih, tapi tidak menghilangkan daya tarik dari buku ini.
Biip....biiip
            Aku bangkit dari bangku, bergegas meraih handphoneku yang berada di atas tempat tidur.
Biip...biiip

”Halo, assalamualaikum,” Jawabku.
Dan, klik! Mati begitu saja.
Ih, siapa lagi nih yang iseng? Kulihat nomornya. Dasar! Nomor pribadi.
Biip...biip....
            Ih, nomor pribadi lagi. Pasti yang tadi!
”Halo?” Klik!
            kucing kering!!!!! Gue dikerjain!
Biip.... biiip...
”HALO? Siapa nih? Serius nelpon gak sih? Dimatiin terus, anda niat enggak ? Kalo mau iseng jangan kesini deh, saya gak punya waktu buat ngeladenin keisengan anda.....”aku langsung nyerocos.

”Bukannya salam, malah marah-marah....” jawab suara diseberang dengan kalem.
            Lho, rasanya nih suara gue kenal! HAAH??? Mr. Andre??? Ampun! Rese! Kurang asem!! Haduh..... malu berat gue.... kalo ada lobang gue langsung nyeblos deh...... ditelan bumipun gue oke aja!!! Tengsin bro......

”halo? Masih diangkat kan?”
”Eh? Oh i...iya, ini Mr. Andre kan?” jawabku gugup.
”Iya. Maaf nih ganggu malam-malam....”
”Oh, gapapa kok pa...”
”Gimana, kamu udah baca bukunya?”
”Oh, udah....”
”Bagus gak?”
”Bagus kok, tapi saya belum selesai, bapak mau ambil balik?”
“Oh enggak, kamu bisa balikin kapan aja….”
”Pa, maaf, bapak dapet nomor saya dari mana kalo saya boleh tau?”
”Dari facebook. Hehehe.... maaf ya....”
”Oh, santai aja pak! Memangnya bapak udah jadi temen saya ya?”
”Udah lama kali, itu, yang namanya ’Dare to be Knight’”
”Ooh.....”
”Kamu lagi apa?”
”Hah? Oh, lagi baca buku yang bapa kasih..... bapa sendiri?”
”Gak lagi ngapa-ngapain...”
”Gak malem mingguan pak? Hehehe....”
”Ya enggaklah, belum punya, biasanya anak-anak seumur kamu tuh pada ngapel, kamu jangan-jangan lagi ngapel lagi,”
”Iiih.... enggak! Saya tuh gak ngapel........ kalo ngepel sih tadi.... hehehe”
”emangnya kamu gak punya pacar?”
”Ya enggak! Anak kecil mana punya pacar sih pak?”
”Kirain gitu.....”
”Pak... sekali lagi makasih ya pak, terus maaf, saya tadi maen nyembur aja....”
”Santai aja, bapa juga yang salah...... Yo... udah dulu ya, maaf nih ya kalo bapa ganggu.... assalamualaikum....”
”Waalaikumsalam....” Klik!
           
Tadi yang ngobrol sama gue siapa??? Haduh.... gue Fly, bukan gara-gara minum, tapi, karna gue gak PERCAYA, Mr. Andre. Ya ampun, gue mikir dia bakal sms juga enggak, eh.... gak ada angin gak ada ujan gue ditelepon!! Siaul! Nih orang kenapa sih? Bikin gue geer aja......
            Gua jadi ngerasa spesial, tapi, segera kutepis harapan itu. Dia mungkin Cuma iseng aja, lagipula, inget Si, dia tuh cowo ’sejuta umat’, satu banding tujuh juta tahun cahaya kemungkinan dia akan melirik kamu. Haah...... jangan bikin hati gue terombang-ambing, jangan bikin gue jadi serius suka sama loe.... please..........

***

Minggu, 17 Desember 2011
Udah 3 bulan aku berhubungan sama Mr. Andre. Dia rajin banget ngehubungin aku tiap sabtu malam atau minggu sore. Hehehe..... seneng sih iya. Di, aku kan pernah nanya sama dia, kenapa dia ngehubungin aku pada hari sabtu dan minggu. Kenapa enggak hari rabu gitu, atau enggak senin. Dia bilang, katanya, kalo hari-hari sekolah dia enggak mau, takut ganggu, katanya. Hahahha... perhatian juga dia.
Kalau lagi smsan sama dia, kita tuh ngobrolin apaaaaa aja, dari yang penting kayak berapa tahun lagi kira-kira lapisan ozon bumi akan habis, sampe yang paling gak penting kayak ayam sama telur yang mana yang muncul duluan!! (gak mutu banget!)
Tapi aku jadi deket sama dia, tapi di sekolah sih biasa aja.. soalnya dia HAMPIR gak pernah punya waktu sendirian, soalnya ya itu, ’fans-fans’nya yang RUTIN menemaninya.... hahaha..... kasian juga,,
     Tapi yang gawat Di, aku mulai SUKA beneran sama DIA!!! Haduh.... tarik napas, keluarkan, haaaaaaaaaaahhhhhhhh........ aku gak mau! Aku masih kelas 8, aku gak boleh jatuh cinta dulu! Aku mau jadi yang terbaik buat semua, pengen berprestasi dulu.... kata ibu, kalau konsentrasiku udah buyar, alamat aku enggak bakalan bisa jadi bintang sekolah yang bersinar!! Huhuhu.... Di, help me ya..... aku bener-bener butuh bantuan kamu!!!!

***

Senin, 13 Agustus 2012
     Udah lama banget aku gak berhubungan sama dia! Tiba-tiba dia narik diri, ah, sebodo dia deh!
     Tapi jujur Di, aku kesepian! Emang yang namanya cowok tuh kurang ajar semua, dari yang mukanya ancur sampe yang paling ganteng! Rasaku jadi gak murni lagi, soalnya, aku udah beneran jatuh cinta sama dia ! tapi aku sendiri tersiksa, malu, soalnya apa aku ini, berani-beraninya naksir guru sendiri! Haduh, rasanya logikaku udah mati!
     Tapi aku Cuma bisa ngaku sama kamu aja, soalnya... ya tadi! Dia kan guru aku, jadi yah, aku tetep aja bersikap ”normal” di sekolah. Seolah gak ada apa-apa... tapi, walaupun begitu, aku agak jengah aja saat dia manggil buat ngejawab soal.....
     Kalau dipikir lagi sih Di, ada benernya juga dia gak ngontak aku lagi! Diiii............ aku udah kelas 9, sebentar lagi lulus. Dia mungkin mengharapkan agar aku belajar yang tekun, supaya bisa lulus!! Yah, kalau maksud dia seperti itu, aku ngehargain banget! Thanks, Mr. Andre!!
     Niat kamu 2 tahun yang lalu apa Si? Become the best kan?? Ayo say, bangkit lagi!! Aku tahu kamu bisa, dan catatan, kamu harus buktiin ke Mr. Andre kalau kamu emang pakarnya bahasa inggris! Ayo, kita bikin Mr. Andre kagum sampe ujung syarafnya!!! Hehehehe....................... GAMBATE!

***

Kamis, 16 Agustus 2012

Rintik-rintik hujan menusuk jendela, mengikuti jalur hujan, bermain dengan kawan-kawannya. Dari pagi memang mendung, tak heran kalau siang-siang yang harusnya panas menyengat berubah drastis menjadi dingin. Aku yang duduk dekat jendela diam, sepertinya melihat hujan menari-nari lebih menarik daripada mendengarkan penjelasan Mr. Andre. Apalagi udaranya sangat dingin, rasanya lebih baik bergelung di balik selimut, atau minum coklat hangat ditemani kue buah yang segar, atau menikmati bajigur sambil mendengarkan musik yang pelan. Nikmatnya........
”Sheila Ananda!” Panggil Mr. Andre. Spontan jiwaku yang tadi melayang kembali masuk ke tubuhku. ”Eh iya pak,” Jawabku pelan.
”Si, maju! Lagi dibagiin buku,” Desis Lia. Segera aku bangkit, mendekati meja guru.
            ”Nih,” Ia memberikan bukuku. ”Oh, makasih pak,” Jawabku, lalu kembali ke tempat dudukku.
            Berapa nilaiku ya? Lantas kubuka bukuku. Syuut...... tiba-tiba ada sebuah benda meluncur lembut dari bukuku, jatuh ke lantai. Aku merunduk, hah, surat? Dari siapa? Langsung aku ambil, lalu kuselipkan di kolong meja. Ah, nanti saja bacanya. Jangan sekarang, nanti dikira yang enggak-enggak lagi sama yang lain.

***

Teruntuk,
Sisi, dimanapun kamu berada.

            Assalamualaikum wr.wb
Sisi, apa kabar? Semoga kamu sehat dan selalu bahagia, bapak doakan. Kabar bapak juga alhamdulillah baik-baik saja selama ini.
            Si, maafkan bapak, kalau bapak sepertinya menarik diri dari kamu, jarang sms kamu beberapa bulan terakhir. Jawabannya adalah, karena bapak tidak ingin mengganggumu, bapak ingin kamu fokus belajar, karna kamu sudah kelas 9, bapak harap kamu nanti lulus dengan nilai terbaik. Jadi, bukan semata-mata karna bapak ingin menjauh, bapak sayang sama kamu, dan bapak ingin kamu sukses.
            Dan, ada hal yang ingin sangat ingin bapak sampaikan sama kamu, kamu ingat kan, dulu, bapak pernah bilang, bapak memang menaruh hati sama kamu, dan bapak ingin menunggu. Tapi kamu bilang, baiknya kalau bapak sudah siap, bapak silahkan duluan, kau ikhlas. Kau tidak mau berjanji dan memberi harapan apa-apa sama bapak. Bapak pikir kau tidak membalas perasaan bapak, karna, sikap kamu sehari-hari juga biasa-biasa saja. Tapi, dalam hati bapak, bapak berniat untuk menunggu.
            Tapi dunia berkata lain. Dua bulan yang lalu, bapak dijodohkan dengan seorang gadis oleh ibu bapak, gadis itu adalah anaknya teman ibu bapak. Dan, ibu bapak sangat berharap bapak menikah secepatnya.
            Bapak pernah bilang pada ibu bapak bahwa bapak menunggumu, tapi, ibu bapak tidak setuju, karna rentang usia yang sangat jauh. Juga, kamu masih terlalu kecil. Sangat kasihan jikalau kamu bapak kekang, dan, bapakpun tidak mendapat kepastian apakah kamu juga memiliki perasaan yang sama dengan bapak.
            Dan akhirnya, bapak setuju. Minggu depan, bapak akan menikah dengan gadis pilihan ibu bapak. Sebenarnya, sangat berat untuk menyampaikan ini kepadamu. Tapi, kamu harus tau sesungguhnya apa yang terjadi selama ini, agar tidak menimbulkan salah paham.
            Sekali lagi maafkan bapak, kalau kedatangan surat ini mendadak dan membuatmu sedih, tapi, memang begitulah adanya. Mungkin kamu pikir bapak brengsek, atau bapak pengecut, karna bapak tidak berani berbicara langsung di depanmu.
            Sungguh, inipun sebenarnya juga menyakitkan untuk bapak. Tapi, apalah mau dikata, nasi sudah menjadi bubur.
            Mungkin kamu bukan jodoh bapak, begitupun sebaliknya. Jadi, carilah seseorang yang lebih baik dari bapak, kamu sangat sangat berhak mendapatkan yang terbaik, karna kamu memang pantas.
            Kamu unik, juga indah, kamu memiliki aura yang tidak dimiliki oleh setiap gadis yang pernah bapak temui. Sejak pertama bertemu, bapak memang sudah tertarik padamu. Tapi, mencintai belum tentu dapat memiliki kan?
            Terimakasih Sisi, selama ini kamu mau berhubungan dengan bapak, walau memang sangat singkat, tapi bapak sangat senang. Kita mengobrol bersama, bertukar pikiran, dan lain sebagainya. Bapak sangat bersyukur telah diperbolehkan untuk bertemu dan mengenal gadis yang sangat bapak kagumi, Sheila Ananda.
            Ini bapak berikan undangannya, karna, kalau bapak berikan di sekolah, rasanya tidak sanggup. Semoga kamu mau datang, bapak akan sangat senang.
            Sekali lagi, terima kasih Sisi, telah memberikan cahaya cinta, kehangatan sayang, dan manisnya kasih selama 3 tahun terakhir. Harapan bapak, semoga kamu lulus dengan nilai terbaik, dan suskes sekarang maupun ke depan. Kamu sangat pandai di pelajaran bapak, bapak sangat senang, kau sangat ahli, dan bapak bangga. Teruslah raih impianmu, bapak selalu mendoakanmu tiada henti. Dan kamu harus tahu, bahwa, bapak sangat mencintaimu. Tapi, bapak lebih mencintai-Nya. Untuk itu, bapak akan mengalihkan rasa ini menjadi kagum terhadap murid, karna, bapak akan memiliki istri, yang harusnya bapak cintai hidup dan mati.

Assalamualaikum wr.wb

Yang (dulu) Pernah Mencintaimu,



Andre Pratama

            Surat yang diberikan Mr. Andre kugenggam erat. Sebagain hurufnya sudah luntur akibat terkena tetesan air mataku. Kubaca surat undangan yang yang diberikan Mr. Andre kepadaku,
Menikah            :

Andre Pratama, S.Pd
Dengan
Annisa Avianty S.E

            Rasa pedih yang begitu menusuk jiwa, menonjok saraf, merobek hati, membuat tangisku kian tak terbendung. Aku menjerit tertahan, sesak sekali rasanya. Rasa kecewa, sakit hati, kesepian, semua mengumpul di dada, memenuhi ruang cinta, hingga akhirnya berteriak-teriak memaksa keluar. Tangisku makin deras mengalir tanpa bisa kucegah, mengimbangi derasnya air keran kamar mandi yang sengaja kunyalakan untuk meredam jeritan dukaku. Aku bersandar di salah satu dinding, dan merosot duduk. Air bak mandi meluap. Membasahi lantai dan diriku. Rasanya harapanku mati, masa depanku gelap, pandanganku buyar. Aku sudah tidak dapat berpikir dengan jernih, aku stress. Tubuhku rasanya sakit luar biasa, lelah tiada terkira. Aku menangis sejadi-jadinya, kutundukkan kepalaku.
            Lihatlah Sisi, Tuhan menegurmu dengan telak disaat hatimu telah demikian rusak. Memang tidak seharusnya kau menyukai gurumu, atau memang sikapmu yang salah? Kau berpura-pura tidak menyukainya, padahal sesungguhnya kau mengaharapkanya.
            Kugigit bibirku kuat-kuat, hingga berdarah. Aku tidak ingin menjerit lagi, aku sudah sangat lelah, aku sudah sangat letih.
            Harapan bapak, semoga kamu lulus dengan nilai terbaik, dan suskes sekarang maupun ke depan. Kamu sangat pandai di pelajaran bapak, bapak sangat senang, kau sangat ahli, dan bapak bangga. Teruslah raih impianmu, bapak selalu mendoakanmu tiada henti.
            Kututup mataku, isakanku semakin menjadi-jadi. Di pikiranku, terngiang-ngiang harapan dan doanya terhadapku. Mr. Andre, seseorang yang pernah kucintai dan mencintaiku, kini aku harus melihatnya bersanding di pelaminan dengan perempuan lain, BUKAN diriku! Sesaat aku berpikir apa aku mati saja, agar rasa pedih yang merajalela di otakku hilang! Astagfirullah! Ya Tuhan, tabahkanlah hati hambamu yang sudah habis tercabik. Surat dari Mr. Andre sudah basah seluruhnya, sementara undangannya masih ada di pangkuanku.
            Kulirik surat yang lusuh oleh rasa kecewa.
Mungkin kamu bukan jodoh bapak, begitupun sebaliknya. Jadi, carilah seseorang yang lebih baik dari bapak, kamu sangat sangat berhak mendapatkan yang terbaik, karna kamu memang pantas.
            Yah, aku memang pantas mendapatkan yang lebih baik. Kau memang bukan jodohku yang sesungguhnya.
Dan kamu harus tahu, bahwa, bapak sangat mencintaimu. Tapi, bapak lebih mencintai-Nya. Untuk itu, bapak akan mengalihkan rasa ini menjadi kagum terhadap murid, karna, bapak akan memiliki istri, yang harusnya bapak cintai hidup dan mati.
            Akupun juga harus melupakannya. Dia sebentar lagi akan memiliki istri, memulai hidup baru. Akupun begitu, aku akan memasuki dunia SMA. Kami memulai hidup baru, tapi dengan jalan yang berbeda.
            Selamat tinggal, cintaku, kuhela napasku untuk yang kesekian kali, agar dadaku lebih lega dan tenang, kulepaskan surat yang sejak tadi kugenggam dengan sangat erat, surat itu terbawa oleh arus air, dan masuk ke dalam saluran air.
            Kau benar, aku harus mengejar cita-citaku. Itu memang anganku dulu, terima kasih, telah mengingatkanku. Aku akan mengejar impianku, aku akan berprestasi sampai nanti. Itulah yang dulu aku dambakan. Sekali lagi, terima kasih, kau telah menyadarkanku dari semua hal-hal yang membuat konsentrasiku buyar. Kau guruku, dan selamanya akan tetap begitu. Terima kasih banyak, Mr. Andre.
            Semoga kau lebih bahagia bersamanya daripada denganku, lirihku.


TAMAT


Parung 170510
Buas MN, terima kasih atas inspirasinya