**
Tulisan ini dibuat atas dasar ingin mencari solusi Cuma bingung gimana nyusun kata-katanya, dan bingung mau cerita sama siapa. Jujur aja aku sering galau hanya gara2 hal ini. Jadi,, jangan dibaca yah! Hehe… soalnya pasti mumet. :D
Yaa kalo ga mumet Alhamdulillah… ^^
***
Sejujurnya….
04.14 a.m 1 September, 2011
Entah rasa bersalah yang amat menggerogotiku.
Aku belum berjilbab secara syar’i. bahkan mungkin, masih sangat jauh dari kata itu. Dan akhlakku pun masih sangat bejat… L
Ya Allah Ya Rabbi…
Diumurku yang dewasa ini mestinya aku menutup semua auratku dengan baik dan benar… berprilaku manusia yang berakhlak mulia.
Inilah perjalananku mencari HidayahMu.
***
Aku hanya terlahir di keluarga biasa.
Tak menutup aurat (walau ke warung)pun dianggap biasa dan sah-sah saja.
Bukan hanya keluarga inti, namun saudara-saudaraku juga.
Aku benar-benar mulai menutup sejak umurku 13 tahun setengah… dan astaghfirullah… ada saja penghalangnya.
Dan sekarang umurku 16, sindiran2 dan ejekan itu tak kunjung berkurang.
Sering kudengar keluargaku melontarkan kalimat ini:
“yaelah kewarung doang, ngapain ngambil jilbab sih? So alim banget!”
Aku diam.
Namun ibuku tercinta, sering membantuku,
“yaudah biarin aja, si Dara mau belajar make jilbab yang bener…”
God always help me. Alhamdulillah…
Tapi tetap saja, jika di skalakan…. 1 : 1.000.000 kerabat yang mendukungku.
Bagaimana tidak?
Tante-tanteku, bila membeli pakaian… (maaf tante)
Seperti: abaya namun seperempat tangan (buat apaan? ), kaus panjang namun ketat (menurutku. Dan orang rumah bilang aku lebay.) bahkan tak jarang mereka membelikan baju lengan pendek, dsb.
Dan sering sekali aku mendengar komentar ini:
“ngapain sih make jilbab? Lu kan gak ke sekolah ini….”
Emang make jilbab kesekolah doang?
“ngapain sih make baju panjang2? Kaya ondel-ondel, norak lu!”
So what??? Gue nyaman ko! :p
“ih apaan sih jilbab lu lebar2 gitu? Kampungan!”
-____-“
“biarin bu, si dara mau make baju panjang2, biar kaya muslimah gitu, cuih! Sifat lu senga juga! Sok soan mau make jilbab kaya gitu…”
Daaaannn seabreg komentar pedas (makasih ya buat kakak2ku tercinta ) yang tak mungkin aku tuliskan semuanya karna baannyaaak sekali.
Haduh…
Terkadang aku bingung bagaimana menjawab komentar mereka.
Semua jawaban atas komentar2 mereka hanya kutahan didalam hati… -___-“
Pengen gitu sekali-sekali nyelotip mulut mereka (astaghfirullah)
Dan kutahu perjalananku menuju HidayahMu masih berliku-liku.
Aku merasa sendiri dan terasing dikeluargaku sendiri.
Seperti yang kubilang diawal barusan, yang memakai jilbab (panjang tebal dan lebar) hanya aku di keluarga besarku.
Tidak tante2ku, tidak saudara2ku, tidak kakak2ku, tidak pula ibuku.
Hanya ibukulah yang tak pernah terganggu atas pilihan pemakaian jilbabku.
Dan sejujurnya aku bingung..
Aku menentang arus,
Dan apa yang harus aku lakukan?
Again : Aku merasa sendiri dan terasing dikeluargaku sendiri.
Terkadang aku iri pada mereka..
Yang keluarganya semua berjilbab syar’I, yang sering dibangunkan untuk shalat malam berjamaah.. yang sering muratal Al-Qur’an selepas shubuh.
Aku sungguh iri.
Disini semua ibadah dilakukan sendiri. Maksudku, semuanya mandiri.
Yang mau sholat tahajjud sok silahkan, tp jangan berisik, jangan ganggu yang lain.
Yang mau baca Qur’an yaudah baca aja.
Yang mau sholat yaudah sholat.
Tidak ada ajakan,
Jadi atas kesadaran sendiri aja. Ketiduran, lupa shubuh, ya wes bablas!
***
Bukan hanya di lingkungan keluarga.
Ekstrakulikulerpun, menuntut untuk menyingkap jilbabku yang harusnya menutupi dada.
Sebutlah ekskul itu ekskul A.
Ia melarang aku untuk mengulurkan jilbabku lebih lebar.
“pita leher harus keliatan,”
“tanda jabatan gaboleh ga keliatan”
Haduh….
Mumet deh diriku.
Jujur saja aku kurang suka dengan aturan ini. Yaah mungkin aku lebay, terserah presepsi kalian menganggap pola pikirku kaya gimana, tapi inilah yang aku rasakan.
Tapi, kau tahu? Ada pepatah bilang (aku lupa jelasnya gimana) bahwa kalau mau masuk ke suatu kaum, kau harus mengikuti aturannya.
(menghela napas panjang)
Perjalananku masih saangggggaaaaaaaaaatttttttttt panjang…… -__-“
Rabb kuatkan aku, bulatkan tekadku, amin.
***
Jadi kawan, mulailah berjilbab. (apa nyambungnya sama kalimat2 yang diatas yah??)
Apalagi jika keluargamu mendukungnya.
Semua ada ditanganmu,
Sungguh kalian lebih beruntung daripadaku.
Sangat-sangat beruntung.
No comments:
Post a Comment